News
Unhas Speak Up

Menjaga Keabadian Ilmu, Dana Abadi Unhas untuk Membangun Kemandirian Pendidikan

UNHAS.TV - Siang itu di studio Unhas TV yang sejuk, Prof Subehan SSi MPharm Sc PhD Apt, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Keuangan Universitas Hasanuddin (Unhas), dengan penuh semangat menceritakan Dana Abadi Unhas.

Ya, Guru Besar Fakultas Farmasi ini memancarkan keyakinan yang dalam ketika ia berbicara tentang: dana abadi, sebuah gagasan besar yang menembus waktu.

Bukan sekadar istilah ekonomi, “dana abadi” di Unhas kini menjelma menjadi simbol komitmen untuk keberlanjutan ilmu pengetahuan.

Di bawah statusnya sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), Unhas dituntut mandiri, tidak hanya dalam akademik, tetapi juga finansial.

Dan di sinilah dana abadi memainkan peran penting yakni menjadi jangkar keuangan yang memastikan roda tridarma perguruan tinggi terus berputar bahkan ketika badai ekonomi melanda.

“Dana abadi itu dana pokoknya abadi. Yang dimanfaatkan hanyalah hasil investasinya,” ujar Prof. Subehan, menegaskan prinsip utama yang menjadi roh sistem ini.

Konsepnya sederhana namun revolusioner. Universitas mengumpulkan dana dari berbagai pihak, seperti alumni, mitra perusahaan, pemerintah daerah, hingga masyarakat umum.

Lalu Unhas menginvestasikannya secara legal dan transparan. Hasil investasinya digunakan untuk mendanai kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dana pokoknya? Tetap utuh. Tetap hidup. Tetap abadi.

Warisan yang Tidak Pernah Habis

Bagi Unhas, dana ini bukan sekadar angka dalam laporan keuangan. Ia adalah janji lintas generasi — bahwa ilmu akan terus tumbuh, bahkan ketika mereka yang menanamkannya telah tiada.

Program ini resmi dimulai pada tahun 2021, seiring terbitnya Peraturan Rektor tentang Dana Abadi. Namun geliat sebenarnya baru terasa pada 2022, ketika Unhas mulai aktif menghimpun sumbangan dan membangun kepercayaan publik.

Sebagai satu-satunya PTNBH di Indonesia timur, Unhas menyadari posisinya yang unik. Di tengah ketimpangan ekonomi dan infrastruktur pendidikan antara barat dan timur Indonesia, dana abadi menjadi alat strategis untuk menjaga kemandirian akademik tanpa harus bergantung penuh pada anggaran negara.

“Pemerintah sekarang mulai mengurangi alokasi dana langsung untuk PTNBH. Itu artinya kita harus bisa berdiri di atas kaki sendiri,” jelas Prof. Subehan.

“Dana abadi menjadi fondasi agar Unhas tidak goyah menghadapi dinamika pendanaan nasional,” lanjut Subehan yang menyelesaikan S2-S3 di Department of Natural Product Chemistry, Institute of Natural Medicine, Toyama Medical and Pharmaceutical University, Toyama, Jepang ini. 

Namun, membangun kepercayaan publik bukan perkara mudah. Ketika masyarakat mendengar kata “sumbangan”, sering kali muncul prasangka, "ke mana uang itu akan pergi, siapa yang mengelolanya, apa benar digunakan untuk pendidikan?"

“Tantangan terberat kami ada pada pengumpulan dana,” ucap Prof. Subehan dengan nada suara sedikit menurun, namun tidak kehilangan semangat.

“Masyarakat butuh bukti. Mereka perlu melihat transparansi. Itulah sebabnya kami menyiapkan laporan terbuka di laman resmi Dana Abadi Unhas. Setiap rupiah yang masuk, diinvestasikan, dan hasilnya, semua bisa diakses publik,” tegasnya.

Laman tersebut memang unik, di sana, siapa pun bisa melihat grafik pertumbuhan dana, hasil investasi, hingga alokasi beasiswa. Transparansi ini menjadi kunci membangun kepercayaan, dan lambat laun, dukungan mulai mengalir.

Dari Alumni Hingga Pemerintah Daerah 

>> Baca Selanjutnya