Program

Menyusuri Jejak Maritim Nusantara, Ekspedisi Pelayaran Akademis III Unhas dengan Sandeq

UNHAS.TV - Mentari pagi belum naik sepenggala, ketika anggota Korps Pecinta Alam (Korpala) Universitas Hasanuddin (Unhas) bersiap dengan event besar mereka, Ekspedisi Pelayaran Akademis (EPA) III tahun 2025. 

Angin timur disertai aroma asin laut mengibaskan bendera dari sejumlah kapal yang berderet di dermaga Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) VI Makassar. Di antara kapal itu, ada perahu Sandeq, warisan etnis Mandar yang siap menantang gelombang.

Minggu (3/8/2025), Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi melepas Ekspedisi Pelayaran Akademis (EPA) III. Sebuah perjalanan selama 66 hari yang akan melintasi perairan empat negara; Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Perahu Sandeq dipilih bukan sekadar perahu. Bagi masyarakat Sulawesi, Sandeq adalah bukti kejayaan nenek moyang pelaut yang menguasai samudera dengan teknologi sederhana, tetapi penuh makna.

Dengan menggunakan perahu tradisional ini, ekspedisi yang diinisiasi Korps Pecinta Alam (Korpala) Unhas ingin menegaskan kembali identitas Indonesia sebagai bangsa maritim.

Rektor Unhas, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc tampak tersenyum bangga saat menyampaikan sambutannya dalam event pelepasan EPA III tahun 2025 ini.

“Ekspedisi ini adalah refleksi dari keinginan anak-anak kita untuk mengarungi lautan yang maha luas. Tidak mudah, karena mereka akan menempuh perjalanan hingga dua bulan lebih dengan perahu layar Sandeq yang ukurannya kecil. Tapi justru di situlah letak kebanggaannya,” ujarnya.

Di sampingnya Prof JJ --sapaan akrab rektor Unhas, hadir Abdul Haris Agam atau yang lebih dikenal luas sebagai Agam Rinjani. Ia tak lain alumni Korpala yang kini dikenal sebagai sosok penyelamat pendaki Brasil Juliana Marins di gunung Rinjani.



Ekspedisi Pelayaran Akademis III - 2025 Korpala Unhas akan melintasi empat negara Indonesia - Singapura - Malaysia - Thailand. (dok unhas)


Agam hadir untuk memberi dukungan. Sosok yang menjadi ikon petualangan dan inspirasi generasi muda pecinta alam ini pernah terlibat dalam EPA II.

“Semoga dengan aktivitas petualangan di laut, semakin banyak orang Indonesia mencintai alam, bahari, dan tanah air,” ucapnya singkat.

Tantangan di Laut Lepas

Bukan hanya jarak yang panjang, ekspedisi ini menghadapi tantangan ekstrem yakni gelombang tinggi, badai tak terduga, hingga kesunyian di tengah laut.

Sandeq yang memiliki desain ramping hanya memiliki ruang terbatas. Setiap anggota tim harus berbagi ruang, menjaga stamina, dan mengandalkan kerja sama.

Komandan Lantamal VI Makassar, Brigjen TNI (Mar) Dr. Wahyudi, menyebut keberanian para atlet EPA III dari Korpala Unhas ini sebagai sesuatu yang luar biasa.

“Ini bukan hal yang biasa. Berlayar 66 hari dengan kapal kecil di tengah samudera, kadang berhari-hari hanya melihat gelombang, itu membutuhkan mental baja. Kami salut dan mendukung penuh dengan memberikan berbagai kiat bertahan di laut,” tuturnya.

Dukungan TNI AL tidak berhenti di situ. Lantamal VI juga memastikan jalur pelayaran aman serta memberikan bekal pengetahuan navigasi dan keselamatan.

Prosesi pelepasan menjadi simbol kolaborasi antara akademisi, militer, dan masyarakat dalam menghidupkan kembali semangat maritim.

Lebih dari Sekadar Pelayaran

>> Baca Selanjutnya