“Sejak dulu, saya tertarik dengan perbintangan dan navigasi. Saya pernah bekerja sebagai relawan di Peace Corps di Malaysia. Kebetulan, saya bertemu seorang kolega yang pernah berlayar dengan perahu Bugis untuk studi post-doktoral. Saya lalu bertanya, "Apakah orang Bugis menguasai navigasi?"
Kolega saya itu berkata, "Buginese people are good navigators.”
Ammarell amat penasaran dengan para pelaut Bugis. Besar dalam alam pikiran masyarakat Barat, tadinya ia berpandangan bahwa lautan adalah arena yang dihadapi dengan menggunakan semua perangkat mekanis. Seorang pelaut, nelayan, ataupun petualang harus memiliki alat-alat seperti kompas, perangkat GPS, dan peta demi bisa melintasi samudera.
Namun pelaut Bugis justru bisa melepaskan dari segala ketergantungan pada alat mekanis itu. Mereka tidak bergantung pada alat modern. Mereka membaca bintang di langit, melihat tanda-tanda alam seperti gelombang, arus laut, serta semilir angin. Seorang pelaut dibekali kemampuan mengenali alam, sebagai pengetahuan yang diwariskan oleh generasi sebelunya. Inilah yang kemudian dicatat Ammarell dalam bukunya.
“Navigasi barat sangat matematis dan tergantung pada alat-alat mekanis seperti Global Positioning System (GPS), kompas magnetik, dan lainnya. Ketika alat itu tidak bekerja, pelaut tidak bisa berbuat apapun. Sedangkan navigasi Bugis mengandalkan bintang, arah angin, cuaca, serta kemampuan membaca laut. Bukankah itu menakjubkan?” katanya.
Saya teringat artikel yang saya baca di National Geographic. Warga dunia akhirnya menyadari bahwa teknologi tidak selalu menjadi solusi atas persoalan manusia di abad ini. Peradaban manusia memang kian canggih, namun dalam situasi tertentu, teknologi tak selalu menyediakan jawaban atas situasi manusia.
Kita bisa mengambil contoh bagaimana hantaman tsunami di Aceh. Pada saat, korban tsunami di Aceh mencapai ratusan ribu orang, hanya ada tujuh korban di Simeulue.
Rahasianya terletak pada kekuatan tuturan kisah rakyat di Simeulue yang membuat warga pulau waspada saat melihat tanda-tanda alam. Generasi Simeulue hari ini diselamatkan oleh warisan pengetahuan yang ditanamkan nenek moyang mereka sejak masa lalu melalui kearifan lokal.
>> Baca Selanjutnya