Watch Unhas TV Live
Watch Unhas TV Live
Opini

OPINI: Dematerialisasi Puasa Menuju Kelestarian Lingkungan

Darmadi Tariah13 Mar, 2024

Oleh: Khusnul Yaqin (Guru Besar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Unhas)

Kerusakan lingkungan oleh beberapa pakar seperti White (1967) dan Toynbee (1972) ditengarai salah satunya disebabkan oleh tafsir agama yang tidak tepat tentang penciptaan manusia, sebagai citra Tuhan, Imago Dei atau yang dalam bahasa Islam disebut sebagai khalifah di atas dunia ini.

Ketidaktepatannya ketika khalifah di bumi itu dipahami sebagai makhluk yang superior sehingga harus dilayani oleh makhluk-makhluk yang lain. Dengan pandangan ini, maka ketika manusia mengeksploitasi sumber daya alam secara serampangan, maka tindakan itu dianggap sah-sah saja karena makhluk selain manusia adalah inferior yang harus menlayani manusia demi kesejahteraan kehidupan manusia belaka. Pandangan seperti ini disebut pandangan antroposentris. Pandangan antroposentris adalah suatu pandangan yang menyebut bahwa manusia adalah sentral kehidupan alam raya, sedangkan yang lainnya hanyalah subordinat.

Sejatinya, jabatan khalifah tentulah bukanlah jabatan materialitas bahkan jabatan itu adalah jabatan spiritualitas yang mentransenden untuk membimbing alam semesta untuk mencapai makam yang paling sempurna.

Pandangan antroposentris yang berakar pada tafsir yang tidak tepat tentang ajaran agama tidak sekadar mewujud dalam kegiatan antropogenik yang profan, seperti mengeksploitasi hutan, perairan, gunung dan segala isinya baik fauna dan flora maupun mineral dan beberapa barang tambang yang lainnya, tetapi juga pada aktivitas ritual keagamaan seperti puasa.

Sudah menjadi pemandangan umum, saat puasa di bulan Ramadhan terjadi inflasi. Harga bahan-bahan pokok dan barang-barang ekonomi yang lain naik meroket. Mengapa terjadi seperti itu? Padahal harusnya pada bulan Ramadan barang-barang ekonomi yang dibutuhkan masyarakat harganya turun karena permintaan masyarakat atas barang-barang ekonomi itu juga turun, karena manusia sedang puasa. Kenyataannya tidak seperti itu.

Pada bulan Ramadan konsumsi masyarakat terhadap barang-barang ekonomi justru meningkat karena prilaku puasa masyarakat hanyalah mengalihkan waktu konsumsi, dari siang hari ke malam. Mereka memang tidak makan dan minum di siang hari, tetapi saat acara buka, makanan yang disediakan melebihi porsi yang dimakan saat bukan dalam bulan Ramadan. Sebagai contoh jika di luar bulan Ramadan makan malam misalnya cukup dengan nasi, tempe goreng, sayur bening, kecap dan segelas teh, di bulan Ramadan buka puasa tidak afdal kalau tidak ada menu es buah, kurma, nasi, sayur, seiris daging dan teh segelas, dan berbagai cemilan yang lain. Menu sahur juga seringkali tidak kalah hebohnya dengan menu buka.  Tentunya semakin tinggi penghasilan masyarakat maka semakin tinggi tingkat konsumsinya di bulan Ramadan dibandingkan 11 bulan yang lainnya.

Cara hidup berpuasa seperti di atas adalah refleksi dari cara manusia menafsirkan kehidupan ritus Ramadan yang seharusnya penuh dengan transendentalitas, belajar menarik jarak dengan kehidupan duniawi yang profan, justru dijalani dengan semakin meningkatkan konsumsi terhadap sumber daya alam, baik hayati maupun nir hayati.

Tingkat konsumsi itu semakin tinggi ketika dipertimbangkan fenomena lebaran. Persiapan-persiapan lebaran mendorong efek psikologi para pedagang untuk menaikkan harga-harga barang kebutuhan masyarakat, sehingga sebelum menjelang lebaran harga-harga barang ekonomi naik meroket.  Peningkatan konsumsi barang-barang ekonomi di bulan Ramadan, akan berkonsekuensi pada esktrasi sumber daya alam yang berlebih. Ekstraksi yang berlebih ini tidak sekadar merusak kehidupan flora fauna dan habitatnya, tetapi juga merusak kehidupan manusia mulai dari kehidupan pangan hingga kehidupan kesehatannya.

Oleh karena itu, dengan mengamati fenomena materialisasi bulan Ramadan yang terjadi pada kehidupan masyarakat hari ini yang berdampak negatif ke berbagai arah kehidupan alam semesta, perlu adanya upaya serius untuk mendematerialisasi bulan Ramadan.

HALAMAN BERIKUTNYA

1 2