Polhum
Unhas Story

Pemecah Batu, Mr Clean, dan Jalan Takdir Andi Amran Sulaiman



Andi Amran Sulaiman mendampingi Presiden Prabowo Subianto

Dari sebuah gubuk reyot di kaki gunung, ia menciptakan sesuatu yang kelak akan menjadi kerajaan bisnis. Racun tikus, yang bagi orang lain hanya sekadar benda kecil, menjadi awal bagi kejayaannya.

Aristoteles, dalam Nicomachean Ethics, mengatakan bahwa kebajikan tertinggi manusia terletak pada kerja keras dan tindakan nyata. Bagi Amran, bisnis bukan hanya soal mencari keuntungan, tetapi juga mengatasi persoalan yang nyata.

Dengan inovasi, ia membantu para petani. Dengan usaha, ia menciptakan lapangan kerja. Dan dengan keberanian, ia melawan sistem yang ia anggap tidak adil.

Hattrick di Kementerian: Dari Jokowi ke Prabowo

Dunia menyukai cerita orang miskin yang menjadi kaya. Tetapi, setelah menjadi kaya, apa yang tersisa? Apakah hanya angka di rekening? Hanya deretan aset dan investasi? 

BACA: Saat Adi Maulana Menafsir Bumi

Amran tidak berhenti pada keberhasilannya sebagai pengusaha. Ia menerima jabatan Menteri Pertanian di era Presiden Jokowi, sebuah posisi yang lebih sering dikaitkan dengan birokrasi yang lamban. 

Tetapi ia memilih menjadi "Mr. Clean", melawan mafia pangan, membela petani, dan memastikan bahwa kementerian yang ia pimpin tidak sekadar menjadi mesin administrasi.

Di bawah kepemimpinannya, ekspor pertanian melonjak. Petani yang dulu selalu diabaikan mulai mendapatkan perhatian. Namun, perubahan selalu menimbulkan perlawanan. Mafia pangan, kelompok yang selama ini menikmati keuntungan dari ketidakberesan sistem, merasa terganggu. 

Amran tahu, pertempuran ini lebih sulit dari sekadar memecah batu di gunung. Batu-batu di dunia birokrasi lebih keras, lebih licin, dan lebih sulit dihancurkan.

Tetapi sejarah berbicara. Ia bukan hanya sekali menduduki kursi Menteri Pertanian. Setelah menjabat pada periode 2014–2019, ia kembali dipercaya oleh Presiden Jokowi untuk mengisi posisi yang sama pada 2023. Dan ketika kekuasaan berganti, Prabowo Subianto, yang naik menjadi presiden, kembali menunjuk Amran untuk mengemban tugas yang sama.

Marcus Aurelius, kaisar dan filsuf Stoik, menulis dalam Meditations: "You have power over your mind—not outside events. Realize this, and you will find strength."

Amran mungkin memahami ini lebih baik daripada kebanyakan orang. Ia tidak mengendalikan politik, tidak bisa menghentikan fitnah atau intrik, tetapi ia bisa mengendalikan dirinya sendiri—dengan terus bekerja, terus membuktikan diri.

Visi Besar: Kedaulatan Pangan

Namun, ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar jabatan. Amran punya obsesi: kedaulatan pangan. Bagi Amran, bangsa yang bergantung pada impor pangan adalah bangsa yang rentan. 

Ia melihat bagaimana harga pangan bisa menjadi alat tekanan politik, bagaimana ketersediaan beras, jagung, dan kedelai bisa menentukan stabilitas negara. Ia ingin Indonesia mandiri, mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri tanpa harus menunggu belas kasihan negara lain.


>> Baca Selanjutnya