Internasional

Pidato Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB yang Dipuji Banyak Pemimpin Dunia


"Kami percaya pada PBB. Kami akan terus melayani di mana perdamaian membutuhkan penjaga—bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan sepatu di lapangan."

Nada antaragama dalam pidato ini terpancar melalui sentuhan multibahasa. Dimulai dengan "Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" dan salam Bali "Om Swastiastu," Prabowo menutup dengan doa universal: "Shalom, Salve, Om Shanti Shanti Shanti Om." 

Permohonan perdamaian yang diwarnai bahasa Sansekerta ini —menggemakan akar Hindu dalam Indonesia multikultural— menuai pujian luas atas inklusivitasnya, meskipun memicu perdebatan di beberapa kalangan Muslim.

Prabowo juga menyisipkan gambaran tentang prioritas pemerintahannya, menyentuh perjuangan Indonesia melawan perubahan iklim dan perannya dalam memajukan "kesempatan yang setara" di seluruh dunia. 

Meski tidak mendalami detail kebijakan, pidato ini memperkuat cetak biru ekonomi "Pertumbuhan 8%" dan program makan gratis sebagai model kemandirian yang lahir dari pembangunan yang terinspirasi oleh PBB.

Di X (sebelumnya Twitter), reaksi berlangsung cepat dan terpolarisasi. Presiden AS Trump, dalam candaan ringan, berkomentar tentang penekanan Prabowo yang tegas: "Pidato hebat. Anda melakukan pekerjaan luar biasa dengan memukul meja itu. Saya bilang, 'Bagaimana rasanya berhadapan dengannya saat dia marah?'" 

Netizen Indonesia memuji pidato ini sebagai kembalinya yang "berapi-api" ke panggung global setelah absen 10 tahun di bawah Presiden Joko Widodo. Kritikus, termasuk kelompok hak asasi manusia KontraS, mendesak Prabowo untuk membahas isu domestik seperti kebebasan sipil dalam pidatonya, memandang pidato ini sebagai peluang yang terlewat untuk introspeksi.

Saat Prabowo turun dari mimbar di tengah tepuk tangan yang berkelanjutan, pidatonya bukan sekadar retorika —itu adalah seruan nyaring dari Selatan Global untuk PBB yang terlahir kembali dalam relevansi. 

Di era aliansi yang retak, pemimpin Indonesia ini mengingatkan dunia bahwa keamanan sejati tidak hanya terletak pada kekuatan, tetapi pada kemanusiaan bersama. 

Apakah janji penjaga perdamaiannya terwujud atau kritiknya terhadap Thucydides mengubah wacana, debut Prabowo di Sidang Umum PBB telah menandai dirinya sebagai suara bagi yang terpinggirkan—dan penjaga institusi yang pernah mengangkat bangsanya.(*)