Unhas Speak Up

Pilmapres 2025: Mencari Bintang Paling Terang di Kampus Unhas




Sementara bagi mahasiswa diploma, tantangannya terletak pada kemampuan menghasilkan karya inovatif yang aplikatif serta memiliki dampak nyata. Namun, ada satu aspek yang sering dianggap sepele namun penting, yaitu penilaian psikologi. 

Penilaian ini dilakukan tanpa format ujian tertulis. Para peserta dinilai melalui asesmen formal dan leaderless group discussion di babak final. Di sini, sikap, etika, motivasi, serta kemampuan memimpin dengan cara yang elegan menjadi sorotan utama.

“Yang diuji bukan cuma kemampuan berbicara, tapi juga etika, motivasi, dan cara memimpin dengan elegan,” jelas Suhasman.

Talent Academy: Mesin Pencetak Bintang

Menghadapi tantangan Pilmapres yang semakin ketat, Unhas tak tinggal diam. Dua tahun terakhir, kampus merah ini memperkenalkan program Talent Academy. Program ini mengumpulkan mahasiswa-mahasiswa potensial dari berbagai fakultas untuk dibina dan dibekali dengan strategi jitu.

Para peserta diberikan target capaian yang harus diraih, seperti publikasi di jurnal terindeks atau pencapaian lain yang terukur.

“Modelnya seperti kontrak. Mereka yang terpilih akan di-support agar dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dari program ini kita bisa lihat mahasiswa yang serius untuk menjadi yang terbaik,” ujar Suhasman dengan semangat.

Talent Academy ini menjadi ujung tombak bagi Unhas dalam mempersiapkan calon Mapres yang akan dikirim ke tingkat wilayah dan nasional. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menyiapkan mahasiswa-mahasiswa yang siap bersaing. “Bintang itu harus disiapkan, bukan sekadar bakat alam,” tegasnya.

Menantang Kompetisi Nasional

Seleksi di tingkat Unhas bukanlah satu-satunya ujian. Setelah melalui seleksi tingkat fakultas dan universitas, peserta terbaik kemudian menghadapi seleksi wilayah di LLDIKTI Wilayah IX.

Bila lolos, mereka akan bertarung di seleksi nasional yang tahun ini akan diadakan di Universitas Diponegoro (Undip).

Proses seleksi nasional ini terbagi dalam dua tahap. Pertama, desk evaluation yang menilai dokumen capaian unggulan dan kemampuan bahasa Inggris. Jika berhasil melewati tahap ini, peserta akan maju ke tahap kedua yang mengharuskan mereka mempresentasikan gagasan kreatif atau karya inovatif di hadapan para juri.

Suhasman mengakui bahwa persaingan di tingkat nasional bukan perkara mudah. “Kita ini bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa terbaik dari seluruh Indonesia. Tidak bisa hanya mengandalkan bakat alam. Harus ada persiapan yang matang,” tegasnya.

Oleh karena itu, Unhas terus memperbaiki ekosistem pendukung bagi mahasiswa agar dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik.

Keseimbangan Adalah Kunci

Suhasman menekankan pentingnya keseimbangan dalam berprestasi. Menurutnya, kelemahan mahasiswa dalam mengikuti Pilmapres terletak pada ketidakseimbangan antara kompetisi, organisasi, dan akademik.

“Ada yang hanya fokus ikut lomba, tapi mengabaikan pengalaman organisasi. Ada pula yang aktif di organisasi tapi kurang dalam capaian akademik. Kuncinya adalah keseimbangan,” katanya.

Ia menambahkan bahwa Pilmapres bukan hanya soal kompetisi, tetapi juga proses belajar menjadi individu yang memiliki keunggulan menyeluruh. “Ekosistem harus dibangun agar mereka tidak hanya menjadi kompetitif, tapi juga kolaboratif. Bintang yang paling bersinar adalah yang dapat memadukan semuanya,” tutupnya.

Matahari perlahan tenggelam di kampus Unhas. Di antara kesibukan mahasiswa yang mempersiapkan diri, semangat untuk menjadi yang terbaik terus membara. Siapa yang akan menjadi bintang paling terang di Pilmapres 2025?

Waktu yang akan menjawab.