Internasional
News

Rod Brazier, Alumni Unhas yang Kini Menjabat Duta Besar Australia: Jejak Global dari Kampus Merah

Dubes

MAKASSAR,UNHAS.TV- Nama Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali mengemuka dalam percakapan diplomatik internasional. Kali ini, bukan dari hasil riset atau capaian akademik semata, melainkan dari figur seorang diplomat asing—Rod Brazier, warga negara Australia—yang baru saja ditunjuk sebagai Duta Besar Australia untuk Indonesia. Yang membuat warga Unhas tersentak bangga: Brazier pernah mencicipi atmosfer akademik di kampus merah, Makassar.

Rod Brazier bukanlah nama baru dalam lanskap hubungan Indonesia–Australia. Ia fasih berbahasa Indonesia dan memiliki relasi panjang dengan negeri ini. Dalam video pengenalannya yang diunggah akun resmi Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia pada Rabu (7/5/2025), Brazier menceritakan pengalaman pertamanya datang ke Indonesia pada 1990, ketika ia mengikuti program studi selama satu semester di Universitas Hasanuddin, Makassar.

"Pengalaman sebagai mahasiswa Indonesia saat itu, dan tinggal bersama keluarga Indonesia, menumbuhkan rasa cinta saya akan budaya Indonesia yang kaya, serta keramahan orang-orangnya," ujar Brazier dalam unggahan video @AustraliaInID — akun resmi Kedutaan Australia di Indonesia.

Selama enam bulan di Unhas, Brazier tak hanya belajar secara formal, tetapi menyerap nuansa kehidupan lokal yang memengaruhi perspektifnya terhadap diplomasi dan hubungan antarbangsa. Pengalaman itu pula yang menjadi pondasi kedekatannya dengan masyarakat Indonesia—sebuah aset kultural yang jarang dimiliki diplomat asing lain.

Penyerahan surat kepercayaan kepada Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka Jakarta, Rabu kemarin, menandai secara resmi dimulainya tugas Brazier sebagai Duta Besar Australia menggantikan Penny Williams PSM.

Direktur Alumni Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S., M.Hum., menyambut dengan penuh kebanggaan penunjukan Rod Brazier sebagai Duta Besar Australia untuk Indonesia. Pernah menempuh studi di Unhas, Rod Brazier menjadi bukti bahwa kampus merah turut membentuk jejaring global yang bermakna dan transformatif. Kredit: Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S., M.Hum.
Direktur Alumni Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S., M.Hum., menyambut dengan penuh kebanggaan penunjukan Rod Brazier sebagai Duta Besar Australia untuk Indonesia. Pernah menempuh studi di Unhas, Rod Brazier menjadi bukti bahwa kampus merah turut membentuk jejaring global yang bermakna dan transformatif. Kredit: Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S., M.Hum.


Jejak Unhas di Diplomasi Global

Kabar tentang latar belakang Brazier sebagai alumni Unhas—meskipun berasal dari program studi singkat—disambut hangat oleh civitas akademika. Yang paling lantang menyuarakan rasa bangganya adalah Direktur Alumni Unhas, Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S., M.Hum.

"Rod Brazier, Duta Besar Australia untuk Indonesia yang baru ternyata adalah alumni Universitas Hasanuddin. Sebagaimana pengakuannya dalam video profilnya mengatakan bahwa ia pertama kali ke Indonesia pada tahun 1990 dan belajar di Universitas Hasanuddin selama satu semester. Ia sangat terkesan bisa tingggal bersama keluarga Indonesia, yang menumbuhkan rasa cintanya terhadap budaya Indonesia yang kaya serta keramahan orang-orangnya. Berdasarkan pengakuannya ini, jelas Universitas Hasanuddin merupakan almamater nya yang sangat mengesankan. Oleh karena itu, pimpinan Universitas Hasanuddin merasa berbangga memiliki salah seorang alumni terbaik yang berhasil menjadi duta besar. Hal ini juga menjadi peluang bagi Universitas Hasanuddin untuk semakin menguatkan jejaring alumni pada level internasional. Selamat bertugas Pak Brazier, dan sukses selalu,"demikian pesan Prof Andi Akhmar ke Redaksi Unhas TV lewat Chat WA.

"Ini bukan sekadar kabar gembira, tapi momentum strategis bagi jejaring alumni Unhas untuk tampil dan berperan di panggung nasional maupun global," tegas Prof. Andi.

Menurutnya, keterlibatan alumni dalam posisi strategis seperti ini menjadi cermin bahwa kualitas pendidikan dan lingkungan akademik Unhas mampu meninggalkan jejak jangka panjang, bahkan bagi mahasiswa asing yang hanya sempat belajar dalam waktu terbatas.

"Ketika seseorang yang pernah belajar di Unhas, meski hanya enam bulan, merasa bahwa pengalamannya di sini begitu bermakna hingga membentuk pandangan profesional dan budayanya, itu adalah bukti kekuatan transformatif Unhas sebagai institusi pendidikan," lanjutnya.

Prof. Andi Akhmar juga melihat momen ini sebagai peluang untuk memperkuat branding internasional Unhas. Baginya, jaringan alumni bukan sekadar kelompok nostalgia, melainkan aset strategis dalam membangun reputasi universitas sebagai institusi kelas dunia.

"Unhas saat ini tidak cukup hanya dikenal di kawasan timur Indonesia atau bahkan secara nasional. Kita ingin Unhas dikenali secara global, dan alumni—termasuk mereka yang pernah studi singkat seperti Brazier—adalah pintu masuk penting menuju pengakuan dunia," tambahnya.

>> Baca Selanjutnya