Kesehatan
News
Tahukah Kamu?

Sleep Hygiene: Kunci Tidur Berkualitas, Rahasia Daya Ingat Tetap Tajam

UNHAS.TV - Tidur kerap dianggap hanya sebagai jeda alami tubuh dari rutinitas yang melelahkan. Namun, di balik aktivitas sederhana itu, otak justru bekerja keras.

Saat kita memejamkan mata, miliaran sel saraf melakukan tugas penting: menyusun ulang informasi yang diperoleh sepanjang hari, lalu memindahkannya dari ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang. Proses ini dikenal sebagai konsolidasi memori.

Menurut dr. Muhammad Iqbal Basri, M.Kes., SpS(K), dokter spesialis neurologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (Unhas), kualitas tidur yang baik memiliki dampak signifikan pada daya ingat.

“Orang yang tidur cukup 7–8 jam setiap malam cenderung memiliki konsentrasi dan daya ingat lebih tajam. Sebaliknya, tidur yang buruk dapat menurunkan fungsi hippocampus, bagian otak yang bertanggung jawab menyimpan memori,” ujarnya.

Hippocampus ibarat ruang penyimpanan sementara. Informasi baru yang masuk setiap hari harus dipindahkan ke korteks otak untuk menjadi memori jangka panjang.

Tanpa tidur yang cukup, proses pemindahan itu terganggu. Akibatnya, seseorang mudah lupa, sulit fokus, bahkan kerap melakukan kesalahan sederhana.

Fenomena ini banyak terjadi pada mahasiswa. Pola belajar mendekati hari ujian, yang populer dengan istilah sistem kebut semalam, ternyata tidak efektif.

Otak memerlukan waktu untuk retensi. Tanpa tidur yang cukup, materi yang dipelajari justru menguap begitu saja.

“Tidur adalah bagian dari belajar. Bukan hanya mengulang materi, tetapi memberi kesempatan otak untuk menyimpan informasi,” tegas dr. Iqbal.

Dampak pada Orang Tua

Masalah kualitas tidur tidak hanya dialami generasi muda. Pada kelompok usia lanjut, tidur yang buruk kerap menjadi pemicu penurunan daya ingat.

Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan erat antara gangguan tidur dan risiko demensia.

Hal ini, kata dr. Iqbal, menunjukkan bahwa tidur berkualitas bukan hanya kebutuhan anak muda, tetapi juga benteng bagi kesehatan otak orang tua.

Lantas, bagaimana cara mendapatkan tidur yang baik?

dr. Iqbal menyarankan penerapan sleep hygiene atau kebersihan tidur. Prinsipnya sederhana: menjaga rutinitas tidur yang teratur, menghindari kafein di malam hari, membatasi penggunaan gawai sebelum tidur, serta menciptakan lingkungan kamar yang tenang dan nyaman.

Kebiasaan sederhana ini diyakini memberi kesempatan otak beristirahat optimal, sekaligus memperkuat kemampuan menyimpan informasi baru.

“Konsistensi adalah kunci. Tubuh akan terbiasa dengan pola tidur yang sehat bila dijaga setiap hari,” tambahnya.

Penelitian ilmiah mendukung pernyataan tersebut. Studi yang diterbitkan dalam Nature Reviews Neuroscience menegaskan bahwa tidur, terutama fase slow-wave sleep dan REM sleep, berperan penting dalam konsolidasi memori deklaratif dan prosedural (Rasch & Born, 2013).

Sementara itu, riset lain dalam Journal of Sleep Research menunjukkan bahwa kurang tidur secara kronis berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, termasuk atensi dan memori kerja (Lo et al., 2016).

Bahkan, sebuah studi dari Frontiers in Aging Neuroscience mengaitkan gangguan tidur dengan peningkatan risiko Alzheimer pada lansia (Ju, Lucey, & Holtzman, 2014).

Temuan-temuan ini memperkuat pesan penting: tidur bukan sekadar istirahat, melainkan pondasi utama bagi kesehatan otak.

Menjaga Ingatan di Era Digital

Di era serba cepat, distraksi dari gawai dan media sosial kerap menjadi musuh utama tidur berkualitas.

Banyak orang rela mengorbankan jam tidur demi menonton serial, bermain gim, atau sekadar berselancar di dunia maya. Kebiasaan ini, menurut dr. Iqbal, ibarat “menggali lubang” bagi kesehatan kognitif.

Padahal, investasi sederhana berupa tidur yang cukup bisa menjadi kunci produktivitas, fokus, dan ingatan tajam.

Baik mahasiswa yang sedang menimba ilmu, pekerja yang dituntut fokus, maupun orang tua yang ingin menjaga fungsi otaknya di masa tua, semuanya membutuhkan tidur yang sehat.

(Zulkarnaen Jumar Taufik / Muh. Syaiful / Unhas.TV)