UNHAS.TV – Satu pagi di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), embun belum sempat mengering di daun-daun, namun langkah kaki Jumriah, petugas kebersihan telah lebih dulu menyapa pelataran Unhas. Wajahnya teduh, sapunya menari pelan menyisir setiap jejak di tepi trotoar.
Ia bukan sekadar petugas kebersihan. Ia adalah saksi hidup perubahan, saksi bisu bagi ratusan mahasiswa Unhas yang lalu-lalang dan penjaga sunyi kebersihan kampus selama lebih dari 15 tahun terakhir.
Hari ini, Senin 21 April 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, Unhas TV menghadirkan kisah Jumriah (39), seorang housekeeping staff yang mengabdikan hidupnya untuk menjaga kebersihan kampus tercinta.
Sejak tahun 2010, ia telah menjadi bagian dari tim kebersihan Kampus Merah yang jumlahnya kini mencapai lebih dari 300 orang untuk menjaga seluruh area Unhas.
Jumriah adalah simbol ketangguhan. Di balik senyum ramahnya, tersimpan kisah getir yang membentuk karakternya hari ini.
"Awalnya saya mendaftar minta tolong sama tetangga. Gaji dulu cuma Rp300 ribu per bulan. Saya ditempatkan di Rektorat lantai 1. Kini gaji jauh lebih baik," kenangnya.
Namun, kisah paling membekas bukan tentang upah yang kecil atau waktu kerja yang panjang, melainkan tentang perjuangan seorang ibu tunggal yang ditinggal tanpa nafkah dengan dua anak.
“Mantan suamiku tidak pernah kasi uang, saya kerja jadi cleaning supaya bisa biayai anakku dua orang,” tuturnya lirih, namun dengan ketegaran yang nyaris menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.
Kini, hidupnya telah berbalik. Jumriah telah menikah lagi dan menemukan pasangan yang mendukungnya sepenuh hati.
“Alhamdulillah, suami saya sekarang lebih baik. Kalau pagi, dia bantu menyapu,” katanya tersenyum sambil menata tempat sampah.
Perempuan dan Kerja Berat yang Tak Terlihat
>> Baca Selanjutnya