
kampus Stanford University
Namun jalan menuju ke sana tak mudah. Menurut Prof. Adi, tantangan terbesar adalah standar tinggi universitas mitra serta kebijakan pembatasan pendanaan internasional oleh pemerintah AS.
“Tapi Unhas membuktikan bahwa kita mampu. Stanford, UC Berkeley, dan Hawaii University membuka pintu bukan karena kasihan, tapi karena mereka melihat kualitas,” katanya.
Kualitas itu dibentuk oleh kerja sistematis. Di bawah kepemimpinan Prof. Jamaluddin Jompa sebagai Rektor, Unhas meluncurkan skema Thematic Research Group dan memperkuat ekosistem riset lintas disiplin.
Bidang kemitraan juga telah menyusun SOP dan task force khusus untuk mempercepat pengelolaan kerja sama strategis, baik dalam maupun luar negeri.
“Yang terpenting adalah eksekusi. Setiap MoU harus segera ditindaklanjuti. Karena yang dinilai dunia bukan janji, tapi dampak,” ujar Prof. Adi, yang dikenal sebagai Wakil Rektor termuda di sejarah Unhas.
Dengan langkah ini, Unhas tak hanya membuktikan diri sebagai pusat ilmu pengetahuan di Timur Indonesia. Ia menjelma menjadi simpul baru dari jejaring riset global, membawa harapan bahwa universitas dari pinggiran juga bisa mengguncang pusat.