Pendidikan

Unhas Kukuhkan 3 Guru Besar Baru Fakultas Kedokteran, Bidang Neonatologi, Fetomaternal, dan Sistem Imun


Kesempatan ketiga tampil Prof Sitti Wahyuni Muhadi menyampaikn orasi ilmiah tentang “Pengaruh cacing pada sistem imun: Tantangan dan Peluang dalam Pengembangan Ilmu Kedokteran dan Pelayanan Kesehatan”.

Prof Sitti memberikan penjelasan, cacing merupakan hewan kecil yang tidak memiliki tulang belakang dengan bentuk tubuh bervariasi. Cacing dewasa umumnya menghasilkan telur atau larva yang kemudian keluar berpindah ke inang baru.

Cacing beradaptasi untuk bertahan hidup dalam tubuh manusia, mengembangkan kemampuan menghindari deteksi sistem imun bahkan memengaruhi respon imun.



IMUNOLOGI. Prof dr Sitti Wahyuni Muhadi PhD SpParK dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Imunologi, Fakultas kedokteran, dengan nomor keanggotaan 541. (dok humas Unhas)


Keberadaan cacing umumnya tidak bergejalah, sehingga banyak yang tidak menyadari keberadaan parasit didalam tubuh manusia. Infeksi cacing ditandai dengan respon imun tipe penolong (T helper)-2 atau Th2. Karena cacing hidup di luar sel, sistem imun menggunakan antibodi untuk menghadapinya.

“Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, infeksi cacing memiliki dampak negatif terutama anak anak. Infeksi ini dapat menyebabkan masalah serius seperti kekurangan gizi, anemia dan gangguan perkembangan otak," ujarnya.

"Namun, pada beberapa penelitian pada area endemik cacing menunjukkan bahwa menghilangkan cacing ditubuh dapat memengaruhi sistem imun yang berdampak merugikan secara klinis,” jelas Prof Sitti. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian cacing secara langsung dapat membantu mengatasi berbagai penyakit yang melibatkan inflamasi. Terapi cacing juga memberikan perbaikan klinis pada pasien multille sclerosis (MS), yaitu penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat. 

Terapi cacing yaitu pemberian cacing hidup kepada hewan coba maupun pasien untuk membantu meregulasi sistem imun, telah menunjukkan potensi besar dalam mengelola berbagai penyakit inflamasi, alergi, dan autoimun.

Namun, pendekatan ini tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus diatasi sebelum dapat diterapkan secara luas. Salah satu tantangan utama adalah risiko infeksi yang tidak diinginkan. 

Hingga kini, belum ada konsensus tentang jenis cacing yang paling efektif, serta jumlah optimal yang dapat memberikan manfaat tanpa menimbulkan efek samping. Hal ini menambah tantangan dalam mengembangkan terapi menjadi lebih aman dan efektif. (*)