NEW YORK, UNHAS,TV – Kemenangan Zohran Mamdani, seorang politikus muda Muslim dan pendukung teguh Palestina, dalam pemilihan pendahuluan Wali Kota New York baru-baru ini telah memicu gelombang perdebatan sengit sekaligus sorotan tajam. Di satu sisi, ini adalah pencapaian bersejarah bagi kaum progresif dan advokat hak asasi manusia; di sisi lain, kemenangan ini justru menjadi pemicu lonjakan sentimen Islamofobia yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat.
Islamofobia di Amerika kini tak lagi sekadar prasangka tersembunyi atau kesalahpahaman budaya. Ia telah bermetamorfosis menjadi instrumen struktural yang melegitimasi diskriminasi, kekerasan, dan kontrol sosial. Mulai dari media yang terus-menerus menampilkan citra Muslim sebagai teroris dan ancaman, politisi yang meraup suara dengan retorika anti-Islam, hingga undang-undang yang diam-diam menargetkan komunitas Muslim. Ironisnya, di negara yang lantang menggaungkan kebebasan beragama, menjadi seorang Muslim terkadang terasa seperti "kejahatan" tak terucap yang dapat mengancam pekerjaan, keamanan, bahkan nyawa seseorang. Islamofobia di Amerika bukanlah buah dari ketidaktahuan, melainkan produk dari kehendak politik dan media yang membutuhkan "musuh" untuk selalu didefinisikan di luar batas "kulit putih dan Kristen." Ini adalah ketakutan yang direkayasa, bukan nyata, yang mengorbankan kebenaran demi narasi beracun dan stereotip berbahaya.

Zohran Mamdani, setelah unggul signifikan dalam pemilihan pendahuluan, memberikan sinyal kemenangan dan optimisme untuk perubahan yang lebih baik. Sebuah langkah maju untuk representasi yang kuat! Kredit: MSN.
Siapa Zohran Mamdani? Jalan Terjal Menuju Kemenangan
Laporan Al Jazeera menyoroti keberhasilan Zohran Mamdani. Politikus Muslim berusia 33 tahun ini secara mengejutkan berhasil mengalahkan Andrew Cuomo, mantan Gubernur New York, dalam persaingan ketat pemilihan pendahuluan wali kota. Kemenangan ini sontak mengguncang lanskap politik New York, dan dianggap sebagai pencapaian signifikan bagi kalangan kiri dan pendukung Palestina di jantung politik Amerika.
Yang menarik, kemenangan Mamdani ini terjadi di kota dengan populasi Yahudi Amerika yang besar, meskipun ia memiliki sikap yang sangat jelas dalam mendukung Palestina dan menentang kebijakan Israel. Mamdani, yang mendefinisikan dirinya sebagai seorang sosialis demokrat, lahir di Uganda dari orang tua keturunan India. Jika ia berhasil memenangkan pemilihan umum pada bulan November mendatang, ia akan menjadi wali kota Muslim pertama New York City yang berdarah India.