UNHAS.TV - Selama sekian dekade, bumi Sulawesi menyimpan banyak rahasia dan misteri yang hanya dikenali oleh para peneliti dan pekerja tambang dari jauh.
Namun, kini rahasia demi rahasia itu terkuak seiring dengan akan terbitnya buku terlengkap mengenai Geologi Sulawesi, dengan jumlah halaman lebih dari 1.000. Berbahasa Inggris pula. Wow!
Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, ST, M.Phil, seorang ahli geologi dari Universitas Hasanuddin, menulis Geology of Sulawesi Region, yang terbagi dalam dua buku ini, sebagai ikhtiar membaca pesan-pesan alam dan menyingkap rahasia di perut bumi Sulawesi.
Kolaborasinya dengan Theo van Leeuwen, seorang geolog senior yang telah meneliti Sulawesi sejak 1970-an, menghasilkan karya raksasa ini. Proses penulisan buku berlangsung lebih dari satu dekade, melibatkan riset lapangan, studi pustaka, dan masukan dari para ilmuwan internasional.
Selain sebagai karya ilmiah, buku ini mengandung makna strategis bagi Indonesia. Di perut bumi Sulawesi tersembunyi cadangan minyak, gas, batu bara, nikel, dan logam tanah jarang. Semuanya adalah komoditas penting dalam geopolitik energi dan teknologi global.

Seperti ditulis dalam pengantar. “Ini bukan sekadar batuan atau formasi. Ini adalah aset nasional. Jika dikelola dengan bijak dan beretika, kekayaan geologi Sulawesi bisa menopang kedaulatan energi dan ekonomi Indonesia.”
Namun, pengetahuan adalah prasyarat pertama. Tanpa pemahaman mendalam tentang struktur geologinya, eksploitasi sumber daya justru bisa berbalik menjadi kutukan ekologis dan sosial. Di sinilah pentingnya karya ini sebagai panduan ilmiah dan etis.
Buku yang diterbitkan oleh Unhas Press ini bukan sekadar kompilasi data batuan, bukan juga peta stratigrafi belaka. Buku ini adalah upaya menyusun ingatan bumi, menyusun kembali lapisan-lapisan waktu yang telah terkubur berjuta tahun.
Di setiap halaman, pembaca diajak menyelami tubuh Sulawesi, mencium aroma mineralnya, menafsirkan bahasa tektoniknya, dan merenungi betapa kecilnya manusia di hadapan sejarah geologi yang panjang dan berliku.
“Sulawesi is like the big jigsaw puzzle that you cannot stop working on until it is finished,” tulis Han van Gorsel. Kata Adi Maulana, teka-teki itu memang tak pernah selesai. Mungkin kita hanya bisa mendekat, menyentuh sedikit, lalu menyerahkan sisanya pada ketekunan dan kesabaran.
Jejak Cinta dari Bantimala
Prof. Adi Maulana memulai langkahnya di dunia geologi dari tempat yang sunyi: Kompleks Bantimala di Sulawesi Selatan. Di sanalah ia pertama kali jatuh cinta pada batuan metamorfik, batuan yang telah melalui tekanan dan panas ekstrem, seperti manusia yang telah melewati luka dan pengalaman hidup.
Perjalanan keilmuan membawanya ke Australia, lalu ke Jepang, dan akhirnya kembali ke tanah Sulawesi. Tapi cinta pertamanya tak pernah pudar. Bantimala, dan seluruh tubuh geologi Sulawesi, tetap menjadi laboratorium batin tempat ia menimba ilmu, merapikan ingatan bumi, dan menyusun makna.
Di usia 39 tahun, ia menyandang gelar profesor geologi termuda di Indonesia. Karya ilmiahnya mencapai lebih dari 100 artikel dan enam buku. Namun karya terbesarnya barangkali adalah buku ini, sebuah proyek yang lahir dari pertemuannya dengan Theo van Leeuwen, geolog senior yang telah meneliti Sulawesi sejak tahun 1970-an.
Kolaborasi lintas generasi ini menyatukan pengalaman lapangan selama puluhan tahun dengan semangat jelajah ilmuwan. Mereka bersepakat untuk tidak hanya menulis tentang Sulawesi Barat, tapi memperluas cakupan ke seluruh wilayah: dari Makassar Strait hingga Banggai-Sula, dari formasi metamorfik hingga rekonstruksi paleogeografi.