Opini

Aksiologi Hijrah: Meniti Transformasi Diri Menuju Jiwa Baru di Tahun 1447 H



Hijrah adalah titik tolak dari sebuah perjuangan untuk menegakkan seuahb peradaban. Foto; FKM Unhas.
Hijrah adalah titik tolak dari sebuah perjuangan untuk menegakkan sebuah peradaban. Foto; FKM Unhas.


Hijrah sebagai Gerakan Sosial dan Peradaban

Di level komunitas, hijrah dapat dimaknai sebagai gerakan sosial menuju peradaban yang lebih adil, beradab, dan berkesadaran ilahiah. Rasulullah SAW tidak hanya memindahkan umat Islam secara geografis, tetapi membentuk komunitas baru yang dilandasi nilai ukhuwah, toleransi, dan keadilan. Tahun 1447 H bisa dijadikan tonggak perbaikan sosial dengan spirit hijrah: keluar dari kejumudan menuju pembaharuan, dari individualisme menuju kepedulian sosial.

Hijrah hari ini adalah berani keluar dari sistem yang tidak adil, melawan kebodohan struktural, serta membangun ekosistem yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan universal yang selaras dengan ajaran Islam.

Tantangan dan Harapan Hijrah Kontemporer

Di era digital dan postmodernisme, hijrah menghadapi tantangan yang tidak ringan. Hijrah mental dituntut untuk menghindari keterjebakan dalam arus informasi yang dangkal, konsumtif, dan nihil makna. Hijrah hati menjadi penting agar manusia tidak terperangkap dalam keringnya spiritualitas dan kesepian eksistensial.

Namun, harapan hijrah tidak pernah padam. Setiap individu memiliki peluang untuk memulai kembali, tidak peduli seberapa jauh ia telah tersesat. Selama masih ada niat, maka hijrah selalu mungkin. Dalam sabda Nabi SAW: “Seorang Muhajir adalah ia yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari).

Tahun 1447 Hijriah membawa pesan mendalam: bahwa hidup adalah perjalanan spiritual menuju keutuhan jiwa. Hijrah bukan sekadar peristiwa historis, tetapi ajakan abadi untuk bertumbuh dan berubah. Dalam kerangka aksiologi, hijrah adalah nilai luhur yang terus relevan: sebagai sarana transformasi batin, perbaikan sosial, dan langkah menuju pencerahan sejati. Marilah kita meniti hijrah, bukan hanya dengan langkah, tetapi dengan kesadaran, perjuangan, dan harapan akan jiwa baru yang lebih bercahaya.
*Penulis adalah ASN Kamenag Maros