Opini

"Dari Diam Menjadi Suara: Kisah Nüshu, Bahasa Rahasia Perempuan Tiongkok"

sukma

Oleh: Sukma*

Di Tiongkok, yang terkenal dengan tulisan karakter kuno yang kaya akan sejarah dan makna, terdapat sebuah bentuk tulisan unik yang dikenal sebagai 女书 (Nüshu)  atau "aksara perempuan." Nüshu adalah sistem tulisan rahasia yang dikembangkan dan digunakan secara eksklusif oleh perempuan di wilayah Jiangyong, Provinsi Hunan, Tiongkok. Tulisan ini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga simbol kekuatan, solidaritas, dan perlawanan perempuan terhadap keterbatasan sosial pada masanya. Provinsi Hunan, yang terletak di bagian selatan Tiongkok, dikenal sebagai tempat lahirnya Nüshu, di mana perempuan-perempuan di daerah tersebut menggunakan tulisan ini untuk mengekspresikan perasaan, berbagi cerita, dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan hidup. Nüshu, dengan keindahan garis-garisnya yang meliuk dan maknanya yang mendalam, menjadi warisan budaya yang menggambarkan ketangguhan dan kreativitas perempuan Tiongkok di masa lalu.

Seorang petani wanita yang sedang mencangkul diladang, Desa puwei ,provinsi Hunan. China.
Credit: Sukma

Seorang petani wanita yang sedang mencangkul diladang, Desa puwei ,provinsi Hunan. China. Credit: Sukma

Di tengah keterbatasan dan tekanan sosial yang membelenggu perempuan di Tiongkok pada masa lalu, lahir sebuah bentuk komunikasi rahasia yang unik dan penuh makna: Nüshu. dan digunakan khusus oleh perempuan, Nüshu menyimpan cerita-cerita mendalam tentang perjuangan, harapan, dan ikatan emosional yang terjalin di antara generasi perempuan. 


Museum Nüshu , Provinsi Hunan, Tiongkok.
Credit: Sukma
Museum Nüshu , Provinsi Hunan, Tiongkok. Credit: Sukma

Asal-usul Nüshu

Ada berbagai legenda lokal tentang asal usul Nüshu. Karena kurangnya catatan sejarah dalam bahasa China dan adat istiadat di kalangan Nüshu. Berbagai legenda lokal tentang asal-usul Nüshu. Tetapi karena kurangnya catatan sejarah dalam bahasa Tionghoa dan kebiasaan di kalangan Nüshu, membakar karya mereka sebelum meninggal dan meminta anak-anak mereka untuk membakar tulisan karya-karya mereka untuk menemani mereka di alam baka. Kebiasaan membakar tersebut membuat karya awal Nüshu jarang ditemukan, yang tertua berasal dari akhir Dinasti Qing, hal ini sangat membatasi penelitian tentang asal-usulnya, dan oleh karena itu, komunitas akademis masih belum mencapai konsensus tentang akar sebenarnya dari Nüshu. 

Nüshu berkembang pesat pada masa Dinasti Ming dan Dinasti Qing, dua era di mana budaya patriarki sangat kuat di Tiongkok. Pada masa itu, perempuan dianggap sebagai warga kelas dua dan tidak memiliki akses ke pendidikan formal. Mereka diharapkan untuk tunduk pada aturan ketat yang membatasi peran mereka hanya pada urusan domestik, seperti mengurus rumah tangga dan merawat anak. Perempuan juga sering dipaksa menikah muda dan harus meninggalkan keluarga asalnya untuk tinggal di keluarga suami, sebuah praktik yang membuat mereka merasa terisolasi dan kehilangan dukungan sosial.  


>> Baca Selanjutnya