Opini
Saintek
Trending

China Punya DeepSeek, Amerika Punya ChatGPT, Kita Punya Apa?

Oleh: Yusran Darmawan*


Heboh sedang terjadi di negeri Paman Sam. Di negeri yang selalu merasa paling unggul dan terdepan dalam artificial intelligence (AI) , kini mendadak kaget dengan hadirnya Deepseek yang dibuat perusahaan asal China, bermarkas di Hangzhou. 

Bahkan Presiden Dionald Trump ikut berkomentar dan menyebut ini adalah ‘wakeup call’ bagi perusahaan Amerika, yang katanya memiliki manusia cerdas terbanyak di dunia.

DeepSeek mengejutkan pasar saham. Saham Nvidia turun lebih dari 500 miliar dollar. Tesla, Amazon, Google, dan Microsoft ikut turun gara-gara DeepSeek. Pasar akhirnya menyadari bahwa perusahaan-perusahaan global memberi harga terlalu tinggi atas layanan yang sebenarnya bisa didapat dengan harga murah. Itu yang dilakukan DeepSeek.

DeepSeek berhasil mengembangkan model yang setara dengan yang dikembangkan oleh perusahaan besar AS, namun dengan biaya dan sumber daya komputasi yang jauh lebih rendah. Misalnya, model terbaru mereka dilaporkan hanya memerlukan biaya sekitar 5,6 juta dollar, dibandingkan dengan model serupa di AS yang memerlukan antara 100 juta dollar hingga 1 miliar dollar.

Entah, apa pengaruh ideologi komunis, pihak perusahaan China menjadikan DeepSeek open source sehingga bisa diakses siapa saja. Kuminis Tiongkok itu seakan membongkar praktik permainan para kapitalis, yang suka menaikkan harga. Para kuminis itu menerapkan ‘sama rata sama rasa’.

Saya sih tidak terlalu terkejut dengan hal ini. Bukan hanya di kecerdasan buatan, China sudah lama mengejutkan pasar dengan inovasi kelas dunia, yang dibanderol dengan harga murah. Mulai dari mobil, AC, televisi, hingga telepon genggam. 

Bahkan saat ini saya memakai tablet Huawei dengan harga separuh Ipad. Padahal kualitas Huawei ini luar biasa, bahkan menungguli Ipad.

Ini bukan heboh pertama. Beberapa tahun lalu, militer Amerika sudah membocorkan uji coba China atas rudal hypersonic yang mengelilingi bumi, kemudian turun menghantam sasaran. Ini melampaui kemampuan Amerika.

Pentagon pernah dilaporkan terkejut melihat China meluncurkan pesawat stealth fighter dengan dua pilot pertama di dunia. Pesawat tempur ini menggunakan konsep NGAD (next generation air dominance), di mana pilot kedua fokus mengendalikan drone yg terbang bersama pesawat utama. Wow.

Persaingan AS dan China bukan sekadar ekonomi dan dagang, tapi juga merambah ke bidang teknologi dan sains. Ini kenyataan yang mengejutkan.

Dalam buku Tech Titans of China yang ditulis Rebecca A Fannin, saya menemukan banyak kisah tentang persaingan teknologi itu. 

Bagi generasi 1990-an, pasti akan berpendapat kalau China adalah negara peniru, yang menjiplak semua teknologi dan menjual murah. Betapa kagetnya generasi ini saat menyadari China bukan lagi menjadi peniru, tapi China perlahan jadi pioneer.

Amerika punya raksasa teknologi yang disebut FAANG akronim dari Facebook, Apple, Amazon, Netflix, dan Google. Cina pun kini memiliki raksasa teknologi yakni BAT, akronim dari Baidu, Alibaba, dan Tencent. 

Orang Amerika mengidolakan Mark Zuckerberg, Jeff Bezos, dan Sergey Brinn. Orang Cina mengidolakan Robin Li (Baidu), Jack Ma (Alibaba), dan Ma Huateng (Tencent).

Jangan lupa, China juga punya Tik Tok yang kini mendunia, dan digandrungi oleh warga Amerika sendiri.Tik Tok telah berkembang sangat pesat sehingga menjadi ancaman bagi raksasa media sosial seperti Facebook, yang merilis versi Tik Tok-nya sendiri (dan tidak terlalu sukses) yang disebut Lasso.

Ada juga Huawei yang terdepan dalam riset 5G.

China punya masa lalu sebagai pusat inovasi. Dunia mengenali inovasi seperti kertas, kembang api, hingga layang-layang. Tidak mengherankan jika China saat ini akan melanjutkan tren sejarah.

Teknologi telah menjadi jauh lebih kompleks dan beragam daripada satu dekade lalu, dengan munculnya AI, aplikasi seluler, mobil listrik, mobil swa-kemudi, big data, robotika, drone, dan ekonomi berbagi. Muncul pula komputer kuantum, rudal hypersonic. Bahkan mulai muncul ide matahari buatan.

Anda boleh gak percaya, tapi di semua bidang itu, China kini menjadi pemenangnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Seperti pernah saya katakan, China dan Amerika boleh unggul teknologi, tapi kita pegang kunci surga. Bahkan kita sudah tahu bocoran pertanyaan, sekaligus kunci jawaban, di hari akhir nanti.

Yang lain cuma punya kunci dunia.


*Penulis adalah blogger, peneliti, dan Digital Strategist. Lulus dari Unhas, UI, dan Ohio University. Kini tinggal di Bogor, Jawa Barat. Sering menulis di blog www.timur-angin.com