Unhas Story

Dari Ampana ke Makassar, Raihan Ayudi Menjadi Duta Pendidikan Sulselbar 2025



Raihan Ayudhi, Duta Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat 2025. (dok unhas.tv)


Kisah Raihan semakin menarik ketika ia dinobatkan sebagai Duta Pendidikan Kabupaten Gowa sekaligus Duta Pendidikan Sulselbar 2025.

Prosesnya tidak instan. Ia mendaftarkan diri secara mandiri dari domisili, lalu mengikuti rangkaian seleksi ketat di tingkat provinsi.

Mulai dari pendaftaran, pra-karantina, karantina, hingga grand final yang digelar Agustus 2025. Selama seminggu penuh di karantina, Raihan merasakan pengalaman yang tak terlupakan.

“Saya sempat down melihat finalis lain yang luar biasa, apalagi ada duta-duta kampus. Saya merasa minder karena saya hanya mahasiswa biasa, bukan perwakilan organisasi besar,” kenangnya.

Namun, keraguan itu ditepis dengan persiapan matang. Pada sesi advokasi, Raihan tampil berbeda. Ia tidak hanya menyampaikan pidato, tapi juga menawarkan program kerja nyata: mengkolaborasikan isu kesetaraan pendidikan, literasi, dan penghapusan stigma terhadap pendidikan di desa-desa.

Advokasi itu membuatnya melaju ke babak enam besar, lalu tiga besar, hingga akhirnya keluar sebagai Duta Pendidikan Sulselbar 2025.

Sebagai duta pendidikan, Raihan membawa misi besar: menyuarakan akses pendidikan yang merata hingga pelosok. Ia menyebut pengalaman pribadinya di Kecamatan Pattallassang, Gowa, sebagai titik awal kesadaran itu.

“Setiap kali berangkat kuliah, saya melewati sekolah-sekolah yang fasilitasnya minim. Gedungnya rusak, sarana belajarnya terbatas. Itu mendorong saya untuk berbuat sesuatu,” ujarnya.

Menurutnya, masalah pendidikan di daerah bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga soal ekonomi dan stigma. Banyak anak putus sekolah karena harus membantu orang tua mencari nafkah. Ada pula keluarga yang beranggapan pendidikan tidak sepenting bekerja.

“Inilah yang saya rasa penting: edukasi orang tua. Anak-anak hanya mengikuti arahan orang tuanya. Kalau orang tua menilai sekolah tidak penting, anak-anak akan ikut. Padahal, pendidikan justru bisa mengubah nasib keluarga,” tegas Raihan.

Ia menilai peran pemerintah daerah sudah mulai terasa, misalnya lewat program seragam sekolah gratis. Namun, sosialisasi ke desa-desa perlu lebih gencar agar program itu tepat sasaran.

Membangun Generasi Emas 2045

Raihan percaya peran anak muda hari ini adalah mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045.

“Kita harus memastikan setiap anak, dari SD hingga perguruan tinggi, mendapat hak pendidikannya. Itu bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga kita semua,” katanya.

Bagi Raihan, duta pendidikan bukan soal selempang atau mahkota, melainkan soal kontribusi nyata.

“Siapapun bisa jadi duta pendidikan, asal mau memberi dampak langsung. Bahkan dengan mengajari adik-adik membaca di kampung pun kita sudah jadi duta,” ujarnya.

Ditanya soal kunci suksesnya, Raihan menyebut dua hal: konsistensi dan keberanian. Konsistensi menjaga nilai sejak SMA, dan keberanian untuk melangkah meski jalannya berbeda dari keinginan orang tua.

“Kalau saya ikuti ekspektasi orang tua mungkin sekarang saya di farmasi. Tapi saya memilih jalur sendiri, karena saya tahu apa yang saya mau. Alhamdulillah mereka tetap mendukung,” katanya.

Ia pun mengingatkan adik-adik SMA yang sedang bersiap menghadapi SNBP agar fokus sejak awal. “Jangan tunggu kelas tiga. Jaga nilai dari semester satu. Jangan terlalu larut dalam organisasi, tapi tetap belajar manajemen waktu,” pesannya.

Dari Kampus Merah untuk Indonesia

Kini, di semester tiga Fakultas Hukum Unhas, Raihan terus menyeimbangkan perannya sebagai mahasiswa dan duta pendidikan. Baginya, pendidikan bukan sekadar jalan pribadi menuju kesuksesan, tetapi juga alat untuk mengubah masyarakat.

“Kalau kita ingin pemerintahan bersih, pelayanan publik baik, semuanya berawal dari pendidikan. Itulah yang saya pelajari di hukum administrasi negara: bagaimana hukum bisa hadir untuk melayani rakyat,” jelasnya.

Meski baru berusia awal dua puluhan, Raihan sudah menapaki peran yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Dari Ampana hingga Makassar, dari siswa SMA hingga duta provinsi, kisahnya menjadi bukti bahwa anak daerah pun bisa memberi warna bagi masa depan bangsa.

Dan ketika ditanya apa impian terbesarnya, ia menjawab mantap. “Saya ingin terus mengabdi di bidang pendidikan dan hukum, untuk memastikan tidak ada lagi anak yang putus sekolah hanya karena ekonomi atau stigma. Pendidikan adalah hak semua orang.”

(Zahra Tsabita Sucheng | Unhas.TV)