Unhas Story

Yam Limau Hadir dari Obrolan Warung Kopi, Ardi Meracik Ayam Pop dengan Aroma Jeruk

UNHAS.TV - Setiap jam makan siang tiba, antrean mulai mengular di sebuah kontainer kecil di depan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Kabupaten Gowa.

Aroma wangi nasi hangat yang diolah dengan daun jeruk menyelinap dari balik jendela kaca, mengundang rasa penasaran siapa pun yang lewat.

Lalu di balik jendela kecil warung kontainer sederhana bernama "yam.limau" itu, tampak seorang pria muda dengan senyum ramah sibuk melayani pelanggan. 

Ia adalah Ardimansyah, mahasiswa Teknik Sipil Unhas angkatan 2021 yang kini tak hanya disibukkan dengan skripsi, tapi juga urusan dapur dan manajemen bisnis kulinernya.

Berangkat dari Siwa, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Wajo, Ardi datang ke Makassar hanya dengan satu tujuan: kuliah. Mimpinya adalah menjadi sarjana teknik, dulu lekat dengan gelar tukang insinyur.

Menjadi mahasiswa Teknik Sipil di kampus sebesar Unhas sudah merupakan pencapaian tersendiri. Tapi Ardi memilih jalur berbeda --membangun bisnis sambil kuliah, bukan semata mengejar nilai di ruang kelas.

"Saya masuk Unhas lewat jalur ketua OSIS," ujar Ardi dalam wawancara dalam program Unhas Story dengan Unhas TV.

Ia sempat diterima di Politeknik Negeri Ujung Pandang, namun memilih Unhas karena reputasinya sebagai kampus terbaik di timur Indonesia. Dorongan orang tua dan contoh dari pamannya yang juga lulusan teknik sipil memperkuat tekadnya.

Tapi dunia teknik bukan tanpa tantangan. Praktikum padat, tugas yang menumpuk, dan aktivitas laboratorium membuat waktu luang menjadi barang langka.

"Enggak pernah kebayang bakal sesusah ini. Tapi saya suka tantangan," katanya. Justru dari tekanan itu muncul semangat untuk mencari alternatif, sesuatu yang bisa memberinya ruang aktualisasi di luar kampus.

Jalan itu ditemukan melalui dunia wirausaha. Sejak SMA, Ardi sudah senang berjualan. Mulai dari selada hidroponik lewat brand "Kaju" hingga menjajakan pisang gepeng di kampung halaman.

Meski kedua usaha itu tak berumur panjang, lelaki berusia 23 tahun ini belajar banyak soal konsistensi, manajemen modal, dan rasa bangga menghasilkan uang sendiri.

"Rasanya beda saat ngopi pakai uang dari hasil jualan sendiri," kenangnya. Semangat itu yang ia bawa ke Makassar.

Berawal dari Obrolan Warung Kopi

>> Baca Selanjutnya