Unhas Story

Makassar, Gerbang Kedua untuk Mimpi Tashfeen Amir, Kaget Lihat Perempuan Naik Motor

UNHAS.TV - Universitas Hasanuddin (Unhas) tidak hanya menjadi rumah bagi mahasiswa lokal yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia, tetapi juga menjadi magnet bagi mahasiswa internasional.

Dari tahun ke tahun, jumlah mahasiswa asing yang menempuh studi di kampus yang terletak di Tamalanrea, Makassar, ini terus meningkat.

Bukan sekadar tempat belajar, Unhas menjelma menjadi ruang pertemuan budaya, tempat di mana bahasa, tradisi, dan cara pandang saling bertukar dalam percakapan sehari-hari.

Salah satunya adalah Tashfeen Amir, pemuda asal Pakistan yang kini menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Unhas. Sosoknya hangat, tutur katanya tenang, dan sering kali terselip tawa di sela kalimatnya.

Sore itu, di Kantor Urusan Internasional Unhas, Tashfeen berbagi cerita tentang kesehariannya, perjalanannya menuju Makassar, dan bagaimana ia jatuh hati pada kota yang kini ia sebut sebagai rumah keduanya.

Hari-hari Tashfeen dimulai sederhana. “Bangun pagi, sarapan, lalu ke kelas,” ujarnya sambil tersenyum. Setelah perkuliahan berakhir, biasanya ia kembali ke kos. Kadang ia beristirahat sejenak, kadang juga memenuhi undangan teman-teman untuk pergi ke kedai kopi.

Bukan sekadar nongkrong, di sana mereka belajar bersama, mengerjakan tugas kelompok, atau sekadar bertukar cerita dalam bahasa campuran Inggris, Indonesia, dan sedikit Urdu. Selain belajar, olahraga menjadi bagian dari rutinitasnya. “Kadang lari, kadang main badminton,” katanya.

Ia juga aktif mengikuti beberapa organisasi kampus, termasuk Asian Medical Students’ Association (AMSA) dan beberapa unit kegiatan mahasiswa. Namun, padatnya jadwal kuliah kedokteran membuatnya harus pandai membagi waktu.

Tashfeen datang ke Unhas bukan tanpa pertimbangan panjang. Sebelum ke Indonesia, ia sempat meraih beasiswa kedokteran di Kazakhstan.

Namun, saat itu ia mengetahui adanya program beasiswa penuh dari pemerintah Indonesia untuk sejumlah universitas, termasuk Unhas. Ia membandingkan fasilitas dan peluang belajar, termasuk kesempatan praktik di rumah sakit.

“Di Kazakhstan, mahasiswa kedokteran jarang bersentuhan langsung dengan pasien. Banyak yang hanya berlatih menggunakan boneka. Tapi di Unhas, ada Rumah Sakit Pendidikan dan banyak rumah sakit mitra, jadi peluang praktiknya besar,” jelasnya.

Kaget Lihat Perempuan Naik Motor 

Keputusannya memilih Unhas membawanya pada perjalanan panjang yang diwarnai kejutan-kejutan budaya. Salah satunya saat pertama kali tiba di Jakarta. Ia terheran-heran melihat pengendara motor perempuan.

“Di Pakistan, yang mengendarai motor biasanya laki-laki. Di sini, perempuan juga banyak sekali yang bawa motor,” katanya sambil tertawa.

Ia juga terkejut melihat banyak perempuan bekerja di toko atau warung, sesuatu yang jarang ditemui di negaranya.

Tashfeen mulai kuliah pada masa pandemi COVID-19. Semester pertamanya berlangsung daring dari Pakistan. Perbedaan waktu membuat jadwal kuliah terasa unik.

“Kalau di sini (Makassar) siang, di sana pagi (subuh), jadi masih bisa diatur. Tapi teman-teman dari negara lain ada yang harus kuliah tengah malam,” kenangnya.

Situasi ini membuat sebagian mahasiswa internasional meminta agar bisa langsung belajar luring di Makassar. Ia akhirnya tiba di Indonesia pada Februari 2022, saat perkuliahan semester dua.

Disambut Hujan Deras dan Kilat 

>> Baca Selanjutnya