Mahasiswa
Unhas Story

Kisah Ananda Ratu Azzahra Menemukan Jalan, dari Mimpi Dokter ke Ilmu Komunikasi

UNHAS.TV - Suara Ananda Ratu Azzahra mudah dikenali. Serak, berat, namun hangat. Saat ia bicara, pendengar kerap berhenti sejenak, lalu bertanya, “Kak, lagi sakit, ya?”

Pertanyaan itu sudah akrab di telinganya. Tapi dengan percaya diri, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin ini selalu menjawab, “This is my unique characteristic.”

Suara yang unik, menurutnya, akan membawa banyak hal baik. Dan memang, dari suaranya yang khas hingga tekadnya yang kuat, Ratu menjelma menjadi sosok mahasiswa inspiratif.

Di usia yang baru 20 tahun, ia sudah mengantongi Beasiswa Unggulan 2024, aktif menjadi konten kreator, magang di NGO, hingga didapuk sebagai brand ambassador. “Menjadi hebat saja tidak cukup,” ujarnya suatu pagi di studio Unhas TV. “Tapi menjadi hebat yang bermanfaat.”

Sejak SMA, Ratu sejatinya bercita-cita menjadi dokter. Ia belajar keras di Bulukumba, Sulawesi Selatan, dengan bayangan suatu hari mengenakan jas putih. Namun seiring waktu, langkahnya berbelok.

Ratu aktif di Forum Anak, wadah partisipasi anak dalam pembangunan daerah. Ia menjadi fasilitator, menjembatani aspirasi remaja dengan pemerintah. Dari situ, ia sadar dirinya lebih terpanggil di jalur komunikasi.

“Awalnya saya kira kuliah komunikasi cuma belajar cara bicara,” kenangnya. “Ternyata bukan. Ada menulis, desain grafis, dan public speaking sekaligus.”

Perjalanan itu membuatnya sadar, komunikasi bukan sekadar seni berbicara, melainkan keterampilan menjembatani gagasan dengan orang lain.

Orang tuanya, yang sejak lama melihat minat Ratu di bidang sosial, mendukung penuh pilihannya. Bahkan sang ayah rela membiayai les tambahan agar putrinya lolos UTBK jalur SNBT ke Universitas Hasanuddin. Dan akhirnya kesampaian. Ratu lulus.

Dalam menjalani kuliah di Makassar, ia selalu mengingat pesan ibunya. “Kalau sudah jadi orang, jangan lupa pulang dan bangun Bulukumba,” pesan ibunya. Kalimat itu melekat hingga kini, menjadi kompas moral dalam setiap langkahnya.

Menembus Beasiswa Unggulan

Tahun 2024, Ratu memutuskan mendaftar Beasiswa Unggulan (BU), salah satu program paling bergengsi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Lebih dari 50 ribu mahasiswa se-Indonesia ikut mendaftar. Hanya segelintir yang terpilih.

Tema esai tahun itu: Karya Hebatku untuk Kemajuan Indonesia. Ratu memilih menulis tentang isu anak, bidang yang sudah digelutinya sejak SMA. Ia bercerita tentang kiprahnya mendata kartu identitas anak (KIA) di daerah 3T Bulukumba.

Bersama Dinas Dukcapil, ia memprakarsai inovasi GoPanrita, sistem QR code yang memudahkan pencatatan data anak di pelosok. Lebih dari 2.000 kartu berhasil dicetak dan diantarkan ke pelosok dengan bantuan ojek daring.

“Esai itu saya kerjakan dua minggu. Kadang sistem kebut juga,” katanya sambil tertawa. Namun esai yang runtut, menggabungkan pengalaman masa lalu, kontribusi saat ini, dan rencana masa depan, menjadi tiket emas baginya.

Ia menulis akan memperjuangkan hak anak lewat jalur komunikasi, bahkan bercita-cita suatu hari berkarier di Biro Humas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Bagi Ratu, kunci esai bukan sekadar gagasan besar. “Harus realistis dan berdampak,” katanya. Itu pula yang ia tularkan ke adik-adik kelas yang kini berjuang menyusun esai BU.

Seleksi wawancara tak kalah menegangkan. Jadwalnya keluar mendadak, seminggu setelah pengumuman. Ratu kebagian giliran hari pertama.

Untuk bersiap, ia menghubungi para alumni penerima BU lewat Instagram dan TikTok. Selama tujuh hari penuh, ia mengatur mock interview bersama tujuh awardee berbeda.

“Setiap hari, satu jam hanya latihan wawancara,” ujarnya. Dari latihan itu, ia belajar variasi jawaban. Itu terbukti berguna ketika pewawancara tiba-tiba menimpali, “Ada alasan lain memilih Unhas?”

Tanpa latihan, ia bisa terjebak mengulang jawaban. Tapi berkat jam terbang, ia tenang. Hasilnya, Ratu lolos sebagai salah satu awardee Beasiswa Unggulan 2024.

Magang dan Tekad untuk Mengabdi

>> Baca Selanjutnya