
HARI ANAK. Acara Riang Gembira di Kampung Petualang bertepatan dengan Hari Anak Nasional 2025, oleh Forum Anak Desa Wanua Waru, pada 23 Juli 2025. (dok kkn unhas)
Seluruh data dari hasil pendataan diserahkan kepada Dukcapil Maros pada 21 Juli 2025, sebagai bentuk komitmen bersama antara mahasiswa, pemerintah desa, dan instansi terkait dalam memenuhi hak dasar anak.
Langkah berikutnya adalah pelatihan pencegahan perkawinan usia anak pada 17 Juli 2025. Pelatihan ini memberikan bekal kepada Forum Anak tentang hak-hak anak, risiko perkawinan dini, serta teknik komunikasi sebaya.
Hasilnya, pada 19 Juli 2025, Forum Anak menggelar sosialisasi kepada siswa SMP sebagai bentuk implementasi peran mereka sebagai agen perubahan.
Lebih dari itu, Forum Anak juga menjadi pelopor pelestarian budaya lokal. Pada 21–22 Juli 2025, mereka menciptakan tarian baru berjudul “Mappadendang Bulu Posso”, terinspirasi dari kearifan lokal yang mulai terlupakan.
Tak hanya menciptakan tarian, mereka juga menggelar lomba permainan tradisional seperti engrang, balap karung, dan layang-layang guna membangkitkan kembali semangat budaya lokal di kalangan anak-anak dan remaja desa.
Sebagai puncak kegiatan, digelar acara Riang Gembira di Kampung Petualang Wanua Waru pada 23 Juli 2025, bertepatan dengan Hari Anak Nasional.
Dalam acara tersebut, Forum Anak Desa Wanua Waru secara resmi dilantik. Tari ciptaan mereka ditampilkan untuk pertama kalinya di hadapan warga dan para tamu undangan.
Momen tersebut menjadi panggung kebanggaan bagi anak-anak desa. Nurul Mawadda, yang terpilih sebagai Ketua Forum Anak pertama, menyampaikan rasa terima kasihnya dalam pidato pelantikannya.
“Kami merasa didengar, diberi ruang, dan dipercaya. Forum Anak ini bukan hanya tempat berkumpul, tapi tempat kami belajar, menyampaikan suara, dan menjaga budaya desa kami. Saya bangga menjadi bagian dari ini,” ungkap Nurul penuh haru.
Kepala Desa Wanua Waru, Abdul Hannan, turut memberikan apresiasi terhadap program ini. “Kami sangat bangga anak-anak kami diberi ruang untuk bertumbuh dan berkontribusi. Forum Anak ini bukan sekadar kegiatan sesaat, tapi investasi jangka panjang bagi masa depan desa kami,” tegasnya.
Forum Anak Desa Wanua Waru kini telah menjadi bagian penting dari struktur pembangunan desa. Program ini membuktikan bahwa bila diberi ruang, pendampingan, dan kepercayaan, anak-anak mampu mengambil peran strategis dalam pembangunan desa.
Kolaborasi antara mahasiswa KKN Kebangsaan, pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan instansi pemerintah daerah dalam membentuk dan mengaktifkan Forum Anak ini menjadi contoh praktik baik (best practice) yang dapat direplikasi di desa-desa lain di Indonesia.
Suara anak kini bukan lagi gema sunyi, melainkan nyanyian harapan yang tumbuh dan bergema di jantung Desa Wisata Petualangan. (*)