Sabtu, 19 April 2025 menjadi saksi dari salah satu gelombang demonstrasi terbesar di Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir. Gerakan nasional bertajuk “50501” — singkatan dari 50 demonstrasi, 50 negara bagian, satu gerakan — berhasil menghimpun puluhan ribu demonstran dari berbagai latar belakang di lebih dari 80 titik, termasuk gedung-gedung legislatif negara bagian, balai kota, hingga pengadilan negeri.
Gerakan ini menyerukan penolakan terhadap berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump yang dinilai otoriter, menindas komunitas rentan, serta merongrong institusi demokrasi dan kebebasan sipil.
Selain aksi unjuk rasa, hari itu juga diwarnai dengan aksi solidaritas berupa pembagian makanan dan kampanye donasi bagi mereka yang terdampak langsung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah. “Kami ingin mengirimkan pesan yang jelas dan mendesak kepada para penguasa: rakyat sedang memperhatikan, kami sedang bergerak, dan kami tidak akan membiarkan otoritarianisme mencabik-cabik konstitusi kita,” tegas Sarah Parker, koordinator nasional gerakan 50501 kepada CNN (19/4).
Pusat perhatian banyak massa di Washington, DC tertuju pada dua lokasi simbolis: Gedung Putih dan kediaman Wakil Presiden JD Vance. Saat itu, Trump sedang bermain golf di Virginia, sementara Vance diketahui berada di Roma untuk bertemu pejabat tinggi Vatikan.
Di tengah kerumunan, Andy Zee dari organisasi Refuse Fascism menyampaikan tuntutan mendesak: “Kami menuntut agar Kilmar Abrego Garcia segera dikembalikan ke AS.” Abrego Garcia adalah pria asal Maryland yang dideportasi secara salah ke El Salvador. Pemerintahan Trump telah menyatakan bahwa ia “tidak akan kembali”, sebuah keputusan yang memantik kecaman luas dan kekhawatiran atas potensi krisis konstitusi.
"Kami Tak Akan Diam Lagi”
Dalam pernyataan resminya, gerakan ini menyerukan kepada dunia:"Kami, kelas pekerja Amerika, tidak akan lagi bungkam. Di tengah runtuhnya institusi demokratis, kebebasan sipil, dan supremasi hukum oleh jaringan miliarder, lobi, dan pejabat tak bertanggung jawab—kami memilih untuk bersuara."
Alicia Ray, salah satu juru bicara utama 50501 dalam aksi besar di New York, menegaskan bahwa gerakan ini bukan hanya sekadar protes.
"Kami tidak sekadar turun ke jalan untuk menolak. Kami sedang membangun masa depan, di mana sosok seperti Trump tak akan bisa lagi menyandera demokrasi."
Ia juga menyuarakan kekhawatiran terhadap proyek kontroversial Project 2025 serta pengaruh tokoh-tokoh seperti Elon Musk dalam pemerintahan.
"Ini bukan lagi konflik antarpartai. Ini adalah perjuangan mempertahankan republik."