MAKASSAR, UNHAS.TV - Keberadaan organisasi masyarakat (Ormas) dan kelompok preman kerap kali terlihat dalam dinamika perpolitikan di Indonesia.
Mereka bukan sekadar penonton, melainkan pemain yang terkadang sangat memengaruhi arah kebijakan dan konstelaasi kekuasaan.
Fenomena keterlibatan Ormas dan kelompok preman dalam ranah politik bukanlah hal baru di Indonesia. Sejak era kemerdekaan hingga saat ini, eksistensi mereka sulit dipisahkan dari gelanggang kekuasaan.
Terkadang mereka berperan sebagai penjaga keamanan, namun tak jarang pula bertindak sebagai alat untuk menekan atau mengamankan kepentingan politik tertentu.
Menurut Ian Douglas Wilson, Penulis Buku "Politik Jatah Preman", pengaruh Ormas dan organisasi preman dalam politik Indonesia sangat kompleks. Salah satu faktor utamanya adalah kemampuan mereka dalam memobilisasi massa.
"Karena organisasi masyarakat punya masa. Masa adalah modal politik, kemampuan untuk mengarahkan mengorganisir orang dalam konteks pemilu dan lain-lain adalah modal politik yang sangat ampuh di konteks Indonesia," ungkap Wilson.
Wilson menambahkan, selain kekuatan mobilisasi massa, Ormas bisa menjadi jaringan untuk membagi logistik. "Dalam konteks tertentu bisa menjadi alat untuk mengintimidasi masyarakat atau calon yang lain," ujarnya.
Ia juga menyoroti bagaimana pimpinan Ormas seringkali menjadi calon sendiri. "Bahkan sering pemimpin Ormas jadi calon sendiri, sejak 1998 banyak yang berbasis Ormas atau organisasi kepemudaan itu ditranslate menjadi calon, masuk di politik formal," jelas Wilson.
Menurutnya, kemampuan ini menjadi skill yang sangat diperlukan politisi di Indonesia, di mana mereka "sudah tahu kasih makan pengikut, untuk membagi linguistik dan proyek." tutup Dosen Senior Politik Indonesia.
(Amina Rahma Ahmad / Rizka Fraja / Unhas.TV)