Lantas apakah model-model ospek pada masa dulu masih bisa diterapkan? Apank dengan tegas menyebut, jamannya sudah berubah. Tapi untuk pengkaderan mahasiswa itu penting.
“Saya paling sedih, ada KKN di Bantaeng. Ada anak Arsitek di kafe, tidak bisa berbicara. Itu pentingnya organisasi. Begini sekarang anak-anak. Kehidupannya lebih banyak di medsos dan HP,” ujarnya.
Bagaimana kalau nanti menghadapi masyarakat, menghadapi dunia kerja yang lebih keras. Tentu itu yang harus diperbaiki.
Model gaya lama memang tidak cocok lagi. Namun motivasi, semangat, dan keberanian dari gaya hasil ospek gaya lama wajib diikuti.
“Model harus diubah, disesuaikan dengan jamannya. Yang harus diambil untuk maba itu motivasi, semangat, dan keberanian hasil pengkaderan pada penerimaan mahasiswa baru,” urainya.
“Ospek harus dipahami. Kalau tentara memang alat pertahanan negara. Kalau Teknik, mereka bekerja nantinya akan bekerja di lapangan, butuh fisik, sebagai pekerja konstruksi.
“Jadi orentasi yang sudah berbeda. Untuk kebutuhan lapangan. Seorang Geologi kebutuhan standar lapangan yang tinggi. Harus tahu survei di gunung, hutan,” urai Appank.
Untuk itu, Appank melakukan rembug bersama dengan alumni lainnya seperti Arham Geologi 1983, Marwan E85, Gope E97, dan senior lainnya untuk menggagas pengkaderan yang lebih baik.
Senior mendapat ruang setelah pihak Dekanat Fakultas Teknik Unhas memberi ruang. Dekan FT Unhas Prof Dr Eng Ir Muh Isran Ramli ST, MT meminta senior dan alumni menggagas pengkaderan mahasiswa baru teknik yang update dan sesuai dengan kebutuhan kekinian.
“Kami pun menggagas O9 Bridge, jembatan teknik untuk masa depan selesai kuliah. Jadi ada materi SQ (Kecerdasan spiritual, Spiritual intelligence), ada outbound dan bela negara. Tidak boleh ada sentuhan fisik,” jelas Appank.
Kebutuhan sampai di level outbound dan bela negara ini, bisa melibatkan TNI. “Karena mereka punya standar yang terukur. Untuk mahasiswa cocoknya level berapa. TNI tahu itu,” lanjutnya.
Nah, sejalan dengan itu, lambang tengkorak tentu tetap relevan. Ada semangat pantang menyerah, sebagaimana semboyan Keep On Fighting Till The End. (*)
Arif Fuddin Usman