MAKASSAR, UNHAS.TV- Bagi mereka yang bangun lebih awal pada Jumat, 25 April 2025, langit akan menyajikan keajaiban—sebuah senyuman dari alam semesta yang langka dan memesona. Tepat sebelum matahari terbit, tiga benda utama langit—Venus, Saturnus, dan Bulan sabit—akan membentuk konfigurasi langka yang menyerupai wajah tersenyum di ufuk timur. Fenomena ini dikenal dalam astronomi sebagai triple conjunction atau konjungsi tiga benda langit.
Menurut keterangan dari Brenda Culbertson, Duta Sistem Tata Surya NASA, dalam laporan Forbes, 18 April 2025:“Venus akan berada lebih tinggi di atas cakrawala timur, Saturnus sedikit lebih rendah, dan bulan sabit yang tipis terletak lebih rendah lagi serta sedikit lebih ke utara. Penampilannya seperti sebuah senyum.”
Namun, apakah wajah tersenyum ini akan terlihat jelas di langit Indonesia?
Ada pendapat menyebut bahwa meski ketiga benda langit itu akan terlihat berdekatan di langit Indonesia 25 April 2025, formasi yang terbentuk di sana tidak membentuk senyum sempurna seperti yang mungkin terlihat di sebagian wilayah Amerika Serikat bagian tenggara. Di Indonesia, bulan tampak lebih miring dan posisinya tidak sejajar dengan dua planet, sehingga pola yang terlihat lebih menyerupai segitiga daripada lengkung senyum.
Fenomena ini bisa diamati dari berbagai penjuru dengan langit yang cerah dan bebas polusi cahaya, wajah langit yang tersenyum tidak akan tampak sepenuhnya. Venus akan terlihat terang karena dekat dengan Bumi dan Matahari, sementara Saturnus akan tampak lebih redup. Kombinasi keduanya, dengan bulan sabit tipis di bawahnya, menciptakan ilusi wajah tersenyum yang agak miring dan redup sebelah.

Diagram yang menunjukkan posisi planet-planet dan bulan selama konjungsi tiga benda langit di belahan bumi barat. Credit: NASA.
Siap Menyambut Fajar Langka
Bagi yang ingin menyaksikannya, disarankan untuk menuju lokasi dengan cakrawala timur yang terbuka dan minim cahaya buatan. Durasi tampilnya fenomena ini sangat singkat—sekitar satu jam sebelum terang fajar menghapusnya dari pandangan. Dengan mata telanjang, ketiga objek langit itu bisa diamati, tetapi penggunaan teropong atau teleskop dapat memperkaya pengalaman, terutama untuk menikmati detail bulan sabit tipis.
Jika beruntung, pengamat juga bisa melihat planet Merkurius yang berada sangat rendah di bawah ketiga benda langit tersebut. Namun, kecerahannya yang lemah dan posisinya yang nyaris menyentuh cakrawala membuatnya cukup sulit dikenali.
Fenomena Ilmiah dan Keajaiban Estetika Langit
Konjungsi tiga benda langit ini juga bertepatan dengan akhir puncak hujan meteor Lyrid, yang mencapai intensitas tertingginya pada awal pekan yang sama. Meski secara visual tidak akan semeriah emoji di ponsel, fenomena ini tetap menjadi suguhan langit yang sarat nilai ilmiah dan estetika.
Satu hal yang pasti, langit kembali membuktikan bahwa ia bukan sekadar latar kosong bagi bintang dan planet, melainkan panggung pertunjukan kosmik yang tak pernah berhenti memukau. Jadi, jangan lupa pasang alarm dan nikmati sejenak fajar hari Jumat nanti. Siapa tahu, Anda akan menemukan senyum langit yang hanya muncul sekali dalam sekian tahun.(*)