Polhum

Karma Sandiaga Uno di PPP

Sandiaga Uno

Lebih apes lagi saat Presiden Jokowi memilih haluan berbeda saat mendorong Gibran untuk berdampingan dengan Prabowo. Partai. Yang mengklaim sebagai Rumah Besar Umat Islam itu, seakan kehilangan orientasi.

Dari mendukung Jokowi berbalik jadi pengkritik keras. Di perhelatan pilpres, mereka tak punya kader partai di posisi RI1 atau RI2, namun mereka harus terus berjalan. Petingginya terus melancarkan kritik agar partai itu terlihat di media.

Sandiaga lebih nampak sebagai petaruh, ketimbang kader. Dia mungkin membaca tanda-tanda kalau partainya tidak akan naik. Sejumlah sumber menyebutkan, kalau dia tidak mengucurkan pundi-pundinya di partai itu. Kalaupun mengucur, hanya sekadarnya. Niatnya untuk maju cawapres dari partai itu tidak kesampaian.

Sempat pula ada manuver dirinya merapat ke PKS demi berpasangan dengan Anies. Akan tetapi pintu ditutup rapat oleh partai-partai yang menyebut dirinya koalisi perubahan.

Selama pilpres 2024, kita jarang melihat Sandiaga keliling ke mana-mana untuk mengampanyekan partai. Dia lebih sibuk menjalankan tugas sebagai Menteri. Sandiaga sepertinya punya firasat kalau capres yang didukung partainya tidak akan terpilih.

Hingga akhirnya pilpres digelar. Hitung cepat memenangkan Prabowo. Sandiaga dan petinggi PPP galau. Saat kubu yang kalah mulai ribut mempersoalkan angket, Sandiaga dan petinggi partai itu memilih bersikap lembut.

Tak ada bahasa untuk memakzulkan. Partai itu khawatir kalau partainya akan ditebas oleh penyelenggara. Lima tahun lalu, partai itu harusnya tidak lolos parlemen, namun selamat berkat ‘main mata’ dengan partai pemenang.

Melihat perahu akan karam, Sandiaga menemui Presiden Jokowi. Keluarlah sinyal kalau partai itu akan mendukung pemerintahan baru, sebuah pernyataan yang dibantah oleh kader lainnya.

HALAMAN SELANJUTNYA -->

>> Baca Selanjutnya