UNHAS.TV – Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump, Wakil Presiden J.D. Vance, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada 28 Februari 2025 berubah menjadi perang kata-kata yang memicu reaksi luas. Insiden ini mendapat perhatian besar dari media internasional, dengan berbagai sudut pandang dan analisis yang muncul.
Menurut laporan CNN (1/3/2025), pertemuan tersebut awalnya dijadwalkan untuk membahas kerja sama pertambangan antara AS dan Ukraina. Namun, diskusi memanas ketika Trump menuduh Zelensky “bermain-main dengan Perang Dunia Ketiga” dan mendesaknya untuk menerima tawaran damai dari Rusia.
Wakil Presiden Vance turut mengkritik Zelensky dengan nada sinis, mempertanyakan apakah Ukraina pernah mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan AS.
Christiane Amanpour, pembawa acara utama internasional jaringan tersebut, tertegun melihat tayangan tersebut, dengan tangan menutupi wajahnya. Ia berkata, "Saya belum pernah melihat sesuatu seperti ini seumur hidup saya."
Insiden ini membuat perjanjian kerja sama pertambangan yang direncanakan batal, dan konferensi pers bersama yang seharusnya diadakan pun dibatalkan. Trump dan Zelensky kemudian melanjutkan diskusi dalam pertemuan tertutup tanpa kehadiran media.
Presiden Zelensky menanggapi ketegangan ini dengan mengatakan bahwa perselisihan tersebut "bukan sesuatu yang baik" dan berharap hubungan dengan pemerintahan Trump dapat diperbaiki di masa depan.
Reaksi Media dan Pemimpin Dunia
Liputan media terhadap insiden ini menunjukkan perbedaan pandangan yang mencolok:
- Media Eropa seperti BBC dan Euronews menggambarkan peristiwa ini sebagai “krisis diplomatik” yang berpotensi mengurangi bantuan militer Barat untuk Ukraina.
- Media Amerika memberikan reaksi beragam. CNN dan The Washington Post mengkritik Trump karena melemahkan aliansi AS-Ukraina, sementara Fox News mendukung pendekatannya, menyebut bahwa Trump hanya mempertahankan kepentingan nasional AS.
Dukungan terhadap Ukraina datang dari berbagai pemimpin dunia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menegaskan melalui media sosial, "Presiden Zelensky, Ukraina, Anda tidak sendirian." Hal yang serupa disampaikan oleh Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Presiden Lithuania Gitanas Nausėda.
Namun, tidak semua pemimpin mendukung Ukraina. Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, yang dikenal dekat dengan Rusia, justru memuji sikap Trump dan menyatakan bahwa negosiasi adalah satu-satunya cara realistis untuk mengakhiri perang.