Opini
Program
Unhas Speak Up

Membangun Pemahaman Lintas Disiplin di Kampus Unhas

Catatan Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc*

Hari ini, di forum Tedx Hasanuddin University, saya ingin memberi kontribusi pemikiran dan mengantar diskusi berikutnya dalam konteks interdisipinary approach atau pendekatan interdisipliner.

Pertanyaan pertama adalah kenapa kita harus menggunakan interdisiplin sebagai suatu pendekatan. Sebab semua hal di dunia ini terkoneksi dengan kuat. Setiap problem saling berkaitan. Problem masalah yang terkoneksi itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu pendekatan, sehingga memerlukan inter-disipliner

Kita bisa melihat pada perubahan iklim. Ketika es di kutub mencair, apa yang terjadi? Wilayah pantai akan terdampak, ekonomi juga terkena imbas. Bahkan dalam konteks perubahan arus laut, ada kemungkinan siklus hidup dari organisme tertentu yang dibutuhkan oleh organisme lain akan berpengaruh. Misalnya burung yang terbang bermigrasi untuk mencari makan pada suatu wilayah, akibat perubahan iklim, menemui situasi berbeda. Artinya, masalah satu itu bisa menyebabkan rentetan masalah-masalah lain di berbagai tempat.

Apalagi jika membahas geopolitik. Selalu ada kaitan antar wilayah. Misalnya terjadi persaingan antara Amerika dan China. Ibaratnya dua gajah berkelahi, maka yang kecil juga terkena dampak. Begitu dahsyatnya pengaruh geopolitik ini membuat semuanya terkoneksi satu sama lain sehingga pemahaman kita di dalam melihat satu isu ini juga harus komprehensif.

Demikian pula masalah stunting. Ini bukan cuma persoalan anak lahir dengan ukuran yang tidak normal tapi ada banyak penyebab, sehingga memerlukan solusi yang bukan hanya dating dari dunia kedojteran, tapi juga ahli-ahli pangan, ahli pertanian, ahli peternakan, ahli gizi, bahkan ahli ahli transportasi, ahli logistic, dan ahli lainnya. Sekali lagi, di sinilah pentingnya kita kemudian mengembangkan Interdisiplin. 

Pertanyaan berikutnya, apa yang dilakukan di perguruan tinggi? 

Nah di sinilah persoalannya. Tantangan terberatnya adalah perguruan tinggi ibarat pohon ilmu, yang memiliki cabang, ranting, dan daun masing-masing. Struktur keilmuan sudah terkotak-kotak dalam model fakultas. Coba kita lihat, di semua fakultas, ada prodi, ada spesialis, dan ada pula subspesialis. Sudah terspesiaiasi.

Di sisi lain, masalah kian berkaitan erat atau inter-connected, sementara yang diberi tanggung jawab menyelesaikan masalah ini adalah sangat specialized. Di sinilah pentingnya kita membuka wacana dan ruang-ruang untuk berinteraksi secara interdisiplin di dalam kampus. 


>> Baca Selanjutnya