Unhas Speak Up

Menatap Zaman Lewat Cermin Masa Lalu, Warisan dan Wawasan Prof Basri Hasanuddin untuk Unhas




Rektor Unhas Periode 1989-1997 Prof Dr Basri Hasanuddin MA. (dok unhas.tv)


Lebih jauh, Prof Basri menyebut, bangunan-bangunan kampus yang kini berdiri megah di Tamalanrea adalah hasil dari keputusan-keputusan besar di masa itu. Keputusan yang tak hanya membutuhkan keberanian, tapi juga visi jauh ke depan.

Namun demikian, masa lalu, bagi Prof. Basri, bukanlah tempat untuk tinggal terlalu lama. Ia mengarahkan pandangannya ke masa depan Unhas dengan sarat harapan dan sikap realistis.

“Zaman pasti berubah. Akan ada profesi-profesi yang hilang, dan banyak yang baru muncul. Bahkan belum bisa kita bayangkan hari ini,” ujarnya.

Dalam dunia yang terus bertransformasi, katanya, Unhas harus adaptif dan kolaboratif. Ia menekankan pentingnya pendidikan yang holistik.

Mahasiswa bukan hanya dididik untuk mengejar angka IPK, tetapi juga membentuk pribadi yang mampu berinteraksi, memimpin, dan bekerja lintas disiplin.

“IPK itu penting, tapi jangan lupakan soft skill. Kita butuh mahasiswa yang bisa menciptakan lingkungan damai dan memberi manfaat ke masyarakat,” pesannya kepada generasi muda kampus merah.

Di ujung dialog, suaranya terdengar sedikit lebih berat. Bukan karena kelelahan, tapi karena beban cinta terhadap institusi Unhas yang pernah ia pimpin selama delapan tahun penuh pergulatan.

Ia menatap tajam lensa kamera, seolah bicara langsung kepada ribuan alumni dan civitas akademika Unhas yang kini bertebaran di berbagai profesi pengabdian. 

“Unhas adalah perguruan tinggi yang sangat penting bagi negeri ini. Ia telah memberi banyak kontribusi. Saya berharap alumni terus berkarya, terus mengabdi untuk Indonesia,” tutupnya.

Di balik kesederhanaan gaya bicaranya, Prof. Basri telah menuturkan satu kisah penting bahwa membangun universitas bukan hanya soal gedung dan angka, tapi tentang mewariskan nilai dan arah.

Kini, estafet kepemimpinan terus berjalan. Tapi jejak pemikiran dan tindakan Prof. Basri Hasanuddin tetap abadi dalam narasi besar Universitas Hasanuddin.

Tentunya sebagai pengingat bahwa untuk tetap relevan, Unhas harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, tanpa kehilangan jati diri.

(Zahra Tsabita Sucheng / Unhas.TV)