Kesehatan

Potensi Kayu Sappang sebagai Obat Penyakit Gigi dan Mulut



MAKASSAR, UNHAS.TV - Penyakit gigi dan mulut, termasuk karies (kerusakan gigi) dan gingivitis (radang gusi), memengaruhi miliaran orang di seluruh dunia dan memberikan beban kesehatan mulut yang signifikan. 

Menurut Global Burden of Disease Study 2021, karies gigi merupakan salah satu kondisi kronis paling umum secara global, sering menyebabkan nyeri, infeksi, dan kehilangan gigi jika tidak diobati. 

Pengobatan konvensional seperti antibiotik dan antiseptik sintetis, meskipun efektif, menimbulkan kekhawatiran akan resistensi antimikroba dan efek samping. 

Kini hadir Caesalpinia sappan L., yang dikenal sebagai kayu secang, kayu hardwood tropis asli Asia Tenggara. Kayu ini di Sulawesi Selatan sering dikenal dengan nama kayu sappang.

Kayu Sappang aecara tradisional digunakan dalam minuman herbal karena sifat antibakteri dan penguat imunnya, tanaman ini kini mendapat perhatian ilmiah untuk kesehatan mulut. Kayu ini kaya senyawa bioaktif seperti brazilin dan flavonoid.

Tulisan ini membahas profil fitokimia, mekanisme aksi, dan bukti ilmiah yang muncul untuk aplikasi dental. 

Profil Fitokimia Caesalpinia sappan

Bagian dalam kayu ini adalah bagian obat utama, menghasilkan pewarna merah cerah karena senyawa larut airnya, brazilin. Analisis fitokimia mengungkap berbagai metabolit sekunder, antara lain

  • Homoisoflavonoid: Brazilin, brazilein, protosappanin A–E, dan sappanchalcone, mendorong efek antioksidan dan anti-inflamasi.
  • Flavonoid dan Chalkon: 3-Deoxysappanchalcone dan caesalsappanin, memberi sumbangssih pada aktivitas antimikroba.
  • Senyawa Lain: Tanin, saponin, fenol, dan diterpen seperti turunan cassane, meningkatkan bioaktivitas spektrum luas.

Senyawa ini diekstrak melalui metode seperti maserasi etanol atau ekstraksi berbantu ultrasonik, dengan fraksi etanol menunjukkan hasil brazilin tertinggi (hingga 20–30% w/w). Studi mengonfirmasi bahwa senyawa fitokimia ini bersinergi untuk menghasilkan efek terapeutik yang kuat, jauh melampaui senyawa terisolasi dalam banyak kasus.

Potensi Antibakteri terhadap Patogen Mulut

Karies gigi dan gingivitis terutama disebabkan oleh biofilm bakteri yang didominasi Streptococcus mutans (kariogenik) dan Streptococcus intermedius (terkait gingivitis). 

Ekstrak C. sappan mengganggu biofilm ini, menawarkan alternatif alami untuk klorheksidin. Dalam studi penting, ekstrak etanol C. sappan (Cs-EtOH) menghambat strain S. mutans (DMST9567 dan DMST41283) serta S. intermedius (DMST42700) dengan zona hambat 17–18,5 mm—lebih unggul dari klorheksidin 0,12% (14–15 mm). 

Fraksi etanol terfraksinasi (F-EtOH) bahkan lebih unggul, mengurangi biofilm S. mutans hingga 80% pada konsentrasi rendah (1–2 μg/mL), dikaitkan dengan aksi brazilin yang merusak membran dan flavonoid sinergis.

Penelitian terbaru dari Provinsi Yunnan, Tiongkok, menyaring ekstrak C. sappan terhadap flora mulut, menemukan penghambatan kuat S. mutans melalui farmakologi jaringan dan molecular docking. 

Target utama mencakup enzim bakteri seperti glukosiltransferase, esensial untuk pembentukan biofilm. Konsentrasi inhibisi minimum (MIC) berkisar 0,5–2 mg/mL, dengan efek bakterisidal pada 4–8 mg/mL terhadap spesies Streptococcus. Temuan ini menempatkan C. sappan sebagai agen spektrum luas, juga efektif terhadap Enterococcus faecalis pada infeksi saluran akar.

>> Baca Selanjutnya