Riri juga mengambil contoh beberapa rapper anak muda Makassar yang bersenandung dengan bahasa lokal. “Dengan masuk ke budaya popular, kita bisa melamgkah lebih jauh,”katanya.
Di ruangan itu, aroma optimisme kian menguat. Semua seakan sepakat bahwa perlu ada langkah-langkah yang diambil untuk kembali menjadikan bahasa Makassar sebagai bahasa berdaya. Daripada duduk diam dan merutuki keadaan, lebih baik bergerak dan menyalakan cahaya.
Hari itu, sebuah langkah berani telah ditempuh. Setelah upaya digitalisasi, tugas berikutnya sudah menunggu. Yakni bagaimana menjadikan bahasa itu kembali menjadi bahasa pergaulan, bahasa komunikasi, dan bahasa yang melambangkan identitas lokal.
Langkah kedepan terbilang cukup menantang. Namun orang Makassar tak kenal kata menyerah. Para pelaut punya semboyan: “Kualleanna Tallanga Na Toalia.” Sekali Layar Terkembang, Pantang Biduk Surut Ke Pantai. (Yusran Darmawan)