
Kenneth dengan jersey Marselino
Yang jelas, mereka bergerak lebih cepat dari yang lain. Ketika netizen masih ramai memperdebatkan ketidakadilan yang dialami Kenneth, Le Minerale sudah menjadikannya sebagai momen yang terbingkai dalam kehangatan.
Philip Kotler, bapak pemasaran modern, pernah berkata, “Marketing is not the art of finding clever ways to dispose of what you make. It is the art of creating genuine customer value.”
Pemasaran bukanlah seni menemukan cara-cara cerdik untuk menghabiskan apa yang kamu buat. Pemasaran adalah seni menciptakan nilai yang nyata bagi pelanggan.
Dan inilah yang dilakukan Le Minerale. Mereka tidak menjual produk. Mereka memberi nilai. Nilai yang hanya bisa dibangun dari empati, bukan dari strategi belaka.
BACA: Joey Pelupessy, Kepingan Hilang di Tim Garuda
Hermawan Kartajaya, dalam bukunya Marketing 5.0, menyebutkan bahwa pemasaran di era baru harus menggabungkan teknologi dengan sentuhan kemanusiaan. Marketing with heart—itulah istilah yang ia gunakan.
Bahwa ketika sebuah merek mampu menyentuh sisi emosional dan spiritual konsumen, mereka bukan hanya membangun brand awareness, tetapi juga brand affection.
“Pemasaran yang baik bukan hanya soal menggaet perhatian, tetapi juga mengikat perasaan,” kata Hermawan dalam sebuah wawancara. “Le Minerale melakukan keduanya dengan sempurna. Mereka merespons cerita yang lahir dari kekecewaan dengan tindakan yang tulus.”
Sementara itu, Kevin Lane Keller, ahli teori Brand Equity, menggarisbawahi bahwa pengalaman emosional yang otentik dapat menciptakan brand resonance yang lebih kuat. “Ketika konsumen merasa bahwa sebuah merek memahami perasaan mereka, hubungan itu akan bertahan lebih lama,” katanya.
Suara yang Didengarkan
Kisah Kenneth adalah cerita tentang mimpi yang direnggut, lalu dikembalikan dengan cara yang lebih indah. Tapi, di balik kisah ini ada sesuatu yang lebih penting.
>> Baca Selanjutnya