Internasional

Suara Unhas untuk Kemerdekaan Palestina

Palestina

MAKASSAR, UNHAS.TV Di tengah hiruk pikuk isu global yang kian memanas, sebuah pesan kemanusiaan yang mendalam datang dari jantung pendidikan di timur Indonesia, Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar.

Surat penyampaian Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., bertanggal 24 September 2025, bukan sekadar pengumuman administratif, melainkan sebuah deklarasi moral yang menegaskan posisi Indonesia di mata dunia—sebuah sikap yang resonan dengan pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB, sehari sebelumnya.

Gema Konstitusi dan Suara di Mimbar Dunia

Bagaikan menerjemahkan nafas konstitusi menjadi aksi nyata, surat Rektor Unhas ini menegaskan kembali prinsip-prinsip luhur Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Prinsip bahwa "kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan" dan mandat untuk "ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial", terpancar jelas dalam poin-poin surat tersebut.

Langkah Unhas ini hadir tak lama setelah Presiden Prabowo di New York, 23 September 2025, menyerukan kepada dunia untuk tidak tinggal diam menghadapi genosida di Gaza dan memperjuangkan Solusi Dua Negara yang menjamin kemerdekaan Palestina sekaligus keamanan Israel. Presiden Prabowo tegas menolak doktrin "yang kuat dapat berbuat semau mereka, sementara yang lemah harus menderita", sebuah seruan terhadap keadilan global yang sejalan dengan fondasi UUD 1945. Dukungan Unhas, oleh karena itu, merupakan perwujudan sinergi antara kebijakan luar negeri negara dan komitmen moral akademisi.

Wajah World Class University dalam Pengabdian Global

Surat tersebut bukan hanya urusan politik, melainkan cerminan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya aspek Pengabdian kepada Masyarakat yang kali ini melebur ke ranah internasional. Unhas menunjukkan bahwa menjadi World Class University bukan hanya tentang riset dan publikasi kelas dunia, tetapi juga tentang keterlibatan aktif dalam isu kemanusiaan global.

Prof. Jamaluddin Jompa dengan tegas menyampaikan sikap kampus:

  • Mengutuk keras agresi militer Israel dan genosida terhadap warga Palestina, khususnya pembantaian ibu-ibu dan anak-anak yang tak berdosa, yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
  • Melarang seluruh sivitas akademika (dosen, staf, mahasiswa) melakukan komunikasi dan kerja sama, baik formal maupun informal, dengan lembaga dan perorangan yang berafiliasi dengan pemerintah Israel. Ini adalah bentuk nyata isolasi akademik sebagai tekanan moral.
  • Mengimbau seluruh sivitas akademika untuk berdonasi sesuai kemampuan dan keikhlasan, menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui lembaga yang disetujui pemerintah RI, sebagai wujud solidaritas sejati.

Namun, poin yang paling menyentuh hati dan sarat makna kemanusiaan ada pada janji pendidikan.

Teks Surat Penyampaian Rektor Universitas Hasanuddin.
Teks Surat Penyampaian Rektor Universitas Hasanuddin.


Pendidikan Sebagai Pelukan Harapan

Unhas membuka pintu seluas-luasnya bagi anak-anak Palestina untuk melanjutkan pendidikan di semua jenjang program studi.

Ini adalah lebih dari sekadar tawaran, ini adalah uluran tangan kemanusiaan. Dengan janji untuk mengupayakan beasiswa, orang tua asuh, dan sponsor lainnya yang menanggung penuh uang kuliah dan biaya hidup.

Unhas menawarkan harapan dan masa depan bagi mereka yang kehilangan segalanya di tanah air mereka. Jika perang merenggut ruang belajar, maka kampus di Makassar siap menjadi rumah ilmu.

Tindakan ini menempatkan Unhas tidak hanya sebagai bagian dari masyarakat lokal dan nasional, tetapi juga masyarakat internasional (global), mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Surat ini menjadi pengingat yang menghangatkan hati: di tengah gelapnya konflik, selalu ada cahaya dari sebuah kampus yang percaya bahwa investasi terbaik untuk kemanusiaan adalah pendidikan dan perdamaian abadi. Unhas telah memilih jalannya—menjadi mercusuar kemanusiaan di dunia yang membutuhkan keadilan. (*)