Opini

Tak Harus Demonstrasi, Perlawanan Bisa Dilakukan Melalui SEKS, Hah?



Miss Sarajevo

BUKU ini mengingatkan saya pada buku Weapon of the Weak yang ditulis James Scott. Bahwa perlawanan orang lemah bisa diartikulasikan dengan banyak cara.

Pelajaran bagi mahasiswa dan para aktivis kita adalah terdapat banyak cara dan strategi untuk mendorong perubahan sosial. Anda hanya perlu kreatif dan bisa memaksimalkan semua teknologi jaman now yang memudahkan semua orang untuk berkonsolidasi demi aksi.

Kata James Scott, perlawanan bisa disalurkan melalui simbol, gosip, hingga pesan yang lalu ditangkap oleh banyak kalangan. Perlawanan itu melalui cara-cara kultural yang pesannya lebih cepat tersebar dan memicu gerakan yang lebih besar.

Beberapa tahun lalu saya bertemu Maria Loretha, atau kerap dipanggil Mama Tata, yang menginspirasi warga untuk menanam sorgum di Pulau Adonara. Dengan cara itu, ia mengajarkan kemandirian pangan, serta sikap tidak tergantung pada pasokan beras, yang didatangkan dari Jawa.

Saya juga pernah bertemu dengan Ismail, anak muda di Berau yang mendirikan bank ikan lalu mengajak para nelayan berpartisipasi, serta tidak tergantung pada lintah darat.

Di sekitar kita ada banyak para champion atau juara yang bekerja dalam diam, menggugah kesadaran, lalu melakukan hal-hal luar biasa. Kita hanya butuh menajamkan semua rasa demi mengenali orang-orang hebat di sekitar kita.

Meskipun mereka tak dicatat sejarah, nama mereka tergurat di hati banyak orang di sekitarnya. Mereka menggerakkan perubahan sosial dengan cara-cara sederhana. 

Seusai membaca buku ini, saya terkenang lirik lagu dari Bob Marley:

Emancipate yourself from mental slavery,

None but ourselves can free our minds.

Have no fear for atomic energy,

'Cause none of them can stop the time.


*Penulis adalah blogger, peneliti, dan Digital Strategist. Lulus di Unhas, UI, dan Ohio University. Kini tinggal di Bogor, Jawa Barat.