Opini

Tak Harus Demonstrasi, Perlawanan Bisa Dilakukan Melalui SEKS, Hah?



Buku Small Acts of Resistance 

Saya membaca kisah-kisah menggetarkan itu pada buku Small Acts of Resistance: How Courage, Tenacity, and Ingenuity Can Change the World yang ditulis Steve Crawshaw dan John Jackson. 

Saya mengamini kalimat di awal buku: “Seseorang yang berjiwa bebas, dengan segenap ingatan dan juga ketakutannya, adalah sebatang tetumbuhan air yang rantingnya membelokkan arah deras arus sungai.”

Perubahan selalu dimulai dari individu yang gelisah, lalu punya sedikit keberanian untuk menyatakan sikap. Keberanian itu serupa api kecil yang membakar ilalang kesadaran, yang terus membesar lalu menjadi gerakan sosial.

Saya suka kisah tentang perempuan Bosnia. Di tengah peperangan, mereka tetap berdandan modis, dengan lisptick merah merona. Di tahun 1993, warga Bosnia yang benci perang mengadakan kontes kecantikan. 

Para gadis-gadis cantik itu berpose di atas panggung , yang terdapat spanduk besar bertuliskan “Don’t let them kill us!” Pesan itu bergema ke mana-mana. Grup musik U2 lalu membuat lagu berjudul Miss Sarajevo, yang liriknya adalah:

Is there a time for kohl and lipstick

Is there a tme for cutting hair

Is there a time for high street shopping

To find the right dress to wear

Bisa Anda bayangkan, sebuah lomba miss kecantikan yang diselenggarakan di tengah desingan peluru. Para perempuan Bosnia itu hendak menyatakan sikap benci pada perang yang berdampak luas. Revolusi bisa dipicu oleh lipstick merah.

Kisah lain yang juga mengejutkan adalah perempuan di Sudan Selatan. Perempuan bernama Samira Ahmed gelisah dengan perang saudara yang tak kunjung usai. Dua wilayah, yakni utara dan selatan, dibakar dendam berkepanjangan hingga memicu perang selama 20 tahun.

Samira ingin menghentikan perang. Dia muak dengan perang yang tak kunjung usai. Dia lalu mengorganisir perempuan di dua wilayah itu untuk bersatu. Mereka lalu membuat gebrakan melalui penolakan hubungan seks.

Aksi itu memang menggemparkan. Aksi itu adalah ‘penelantaran seksual’ (sexual abandoning) yang lalu membuat para lelaki sejenak berhenti berperang lalu memikirkan hal-hal lain yang lebih penting.

“Perempuan-perempuan itu sama berpikir bahwa dengan menolak hubungan seks dengan suami, mereka bisa menekan lelaki untuk mengusahakan perdamaian. Taktik itu berhasil,” kata Samira.

Di tahun 2009, taktik ini juga dilakukan oleh para perempuan Kenya. Aksi mogok seks itu bisa memaksa presiden dan perdana menteri untuk ikut berunding dengan para perempuan itu.


>> Baca Selanjutnya