News
Unhas Figure

Wahyudi Hasbi: Dari Aktivis MIPA Unhas ke Garda Depan Teknologi Satelit Indonesia





Ia tumbuh dalam ruang-ruang intelektual yang selalu berisik—kadang penuh ide, kadang penuh amarah terhadap ketidakadilan—namun justru dari situlah sensitivitas sosial dan keberaniannya ditempa. 

Aktivisme jalanan yang ia tekuni di Makassar pada masa mahasiswa bukan sekadar romantika pergerakan, melainkan latihan awal untuk menghadapi kompleksitas masa depan: keberanian mengambil posisi, ketelitian dalam membaca situasi, dan kesanggupan bertahan di tengah tekanan.

Sebagai senior HMI, ia membimbing banyak mahasiswa muda yang sedang mencari arah hidup. Dari forum-forum kecil hingga diskusi panjang selepas salat Magrib, Hasbi belajar satu hal yang kelak menjadi modal terpentingnya: bahwa ilmu tidak bisa berdiri sendiri tanpa nilai.

Bahwa teknologi tidak punya makna apa pun jika tidak dipakai untuk melindungi dan menyejahterakan manusia.

Prinsip itu ia bawa hingga hari ini—termasuk dalam etos kerja yang ia anggap sebagai fondasi hidupnya. Kita pakai prinsip orang Bugis saja. Begitu dikasih amanah, pekerjaan, bekerjalah sebanyak mungkin yang kamu bisa, yang kamu mampu, dan kamu harus mampu itu,” tegasnya. Kalimat itu bukan jargon; itu adalah cara ia hidup sejak muda.

Perjalanannya dari Biak ke Berlin bukan sekadar perpindahan geografis; itu adalah lintasan panjang dari pinggir ke pusat, dari daerah ke global, dari kampus lokal ke ekosistem riset dunia.

Di TU Berlin, ia bukan hanya belajar merancang satelit, tetapi juga memahami bagaimana sebuah negara membangun kemandirian teknologi melalui riset yang tekun, kolaborasi yang matang, dan budaya menghargai pengetahuan.

Ia membawa pulang pengalaman itu, bukan sebagai prestise pribadi, melainkan sebagai bekal untuk membuktikan bahwa Indonesia pun bisa berdiri sejajar di panggung antariksa.

Kini, dari ruang kuliah MIPA Unhas tempat ia dulu berteriak dalam demonstrasi, hingga ruang kendali satelit tempat ia memastikan perangkat buatan anak bangsa beredar di orbit, Wahyudi Hasbi telah menggambar lintasan baru bagi Indonesia di langit

Ia sering menulis di LinkedIn: teknologi bukan hanya tentang perangkat keras, tetapi tentang bagaimana bangsa membayangkan masa depannya. Jika demikian, Wahyudi Hasbi adalah salah satu pemimpi terbesar yang pernah dimiliki Indonesia.

Karena baginya, langit bukan batas, melainkan pintu pertama.


*Penulis adalah blogger, peneliti, dan digital strategist. Lulus di Unhas, UI, dan Ohio University. Kini tinggal di Bogor, Jawa Barat.