PARIS, UNHAS.TV - Di tengah pusaran konflik yang tak kunjung reda di Timur Tengah, sebuah inisiatif diplomatik penting muncul dari poros kekuatan dunia. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, melalui platform X, mengumumkan kemitraan strategis dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dalam upaya bersama untuk menggagas konferensi internasional yang berfokus pada solusi dua negara bagi konflik Israel-Palestina.
"Tujuan kami sederhana: menghidupkan kembali harapan politik bagi rakyat Israel dan Palestina," tegas Macron dalam unggahannya.
Langkah ini diambil di tengah meningkatnya kekhawatiran global akan eskalasi konflik yang berpotensi meluas, mengancam stabilitas kawasan. Macron menekankan urgensi gencatan senjata sebagai langkah krusial untuk membebaskan sandera dan melindungi warga sipil yang tak berdosa, sebuah seruan yang bergema di tengah laporan-laporan mengerikan tentang korban jiwa dan kehancuran di Gaza.
Dalam percakapan telepon yang intens, Macron dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman membahas pentingnya kerja sama konstruktif untuk membangun masa depan yang lebih stabil bagi Gaza.
Keduanya sepakat bahwa perdamaian berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui dialog inklusif dan solusi yang adil bagi kedua belah pihak yang bertikai. Konferensi yang direncanakan ini diharapkan menjadi platform penting bagi para pemimpin dunia untuk bertukar pikiran, merumuskan strategi, dan mencari jalan keluar dari kebuntuan diplomatik yang telah lama menghantui kawasan ini.
Krisis Regional yang Kompleks
Di luar konflik Israel-Palestina, Macron juga menyoroti situasi genting di Libanon dan Suriah. Dalam cuitannya, ia menegaskan kesamaan tujuan antara Prancis dan Arab Saudi dalam mendukung kedaulatan penuh Libanon dan stabilitas Suriah melalui transisi politik yang inklusif.
Konteks regional menunjukkan kompleksitas situasi: Libanon baru saja pulih dari konflik bersenjata dengan Israel pada November 2024, sementara Suriah mengalami pergantian rezim pada Desember dengan jatuhnya Bashar al-Assad.
Ketegangan di perbatasan Libanon-Suriah meningkat akibat bentrokan antara kelompok-kelompok yang diduga berafiliasi dengan Hizbullah dan pasukan keamanan Suriah yang baru dibentuk dari kelompok Hay'at Tahrir al-Sham (HTS). Pengerahan besar-besaran tentara Libanon di wilayah Hermel pada Rabu lalu mencerminkan eskalasi yang mengkhawatirkan.