News

Fahutan Unhas Kembangkan Ratusan Koloni Lebah, dari Kelulut hingga Lebah Endemik Sulawesi

LEBAH - Pakar lebah dari Unhas, Prof Budiaman (kiri). Foto: Unhas TV

MAKASSAR, UNHAS.TV - Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Hasanuddin (Unhas) memiliki ratusan koloni lebah. Koloni lebah ini berada di sarang yang tersebar di tiga tempat yakni di Taman Lebah (Awani Bee Garden), Hutan Pendidikan di Maros, dan Hutan Rimba Fahutan. 

Koloni lebah tersebut terdiri dari berbagai jenis yang diambil dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sulawesi, Jawa, Kalimantan, Sumatera, hingga Papua. 

Dosen sekaligus peneliti lebah di Unhas Prof Dr Ir Budiaman MP menyatakan, salah satu jenis lebah yang dikembangkan adalah lebah kelulut atau lebah tanpa sengat. 

"Lebah kelulut atau lebah tanpa sengat yang dipelihara dari berbagai spesies, seperti Tetragonula biroi, Tetragonula fuscobalteata, Tetragonula sapiens, dan Tetragonula laeviceps,” ungkap Budiaman saat diwawancara di Hutan Rimba, Sabtu (13/12/2025).

Selain lebah kelulut, Unhas juga mengembangbiakkan lebah Asia atau Apis Cerana dan lebah Eropa atau Apis Mellifera, yang merupakan jenis lebah unggul dan banyak dikembangkan secara komersial. 

Demi mendukung kelangsungan lebah endemik di Sulawesi, Budiaman menyebut, sedang melakukan upaya penangkaran pada lebah liar Apis dorsata binghami, yang berukuran besar dan selama ini dianggap belum bisa dibudidayakan.

"Jenis lebah yang paling banyak kami budidayakan di Universitas Hasanuddin adalah jenis lokal, yaitu Tetragonula biroi, serta lebah Apis cerana dan Apis mellifera. Ketiga jenis ini menjadi andalan budidaya kami," tuturnya.

Hasil dari peternakan lebah itu, telah dibuat berbagai produk oleh pria kelahiran 1967 tersebut. Adapun produknya, seperti madu, bee bread, royal jelly, sabun, lilin aroma terapi, shampoo, bahkan Budiaman pernah memiliki klinik pengobatan alternatif dengan metode sengat lebah.

Ia mengatakan, tantangan terbesar dalam mengelola peternakan lebah, terletak pada ketersediaan dan kontinuitas pakan. Di mana terdapat periode tertentu yang membuat ketersediaan pakan menjadi terputus. 

"Setiap tanaman memiliki masa berbunga yang berbeda-beda. Ada tanaman dengan masa berbunga pendek, menengah, hingga relatif panjang," jelasnya.

Pakan lebah memang berasal dari sumber alami seperti bunga atau cairan manis yang keluar dari bagian tanaman lain, seperti keringat buah, keringat daun, atau hasil interaksi dengan serangga tertentu.

Selain nektar, lebah juga sangat membutuhkan serbuk sari, yang waktu kemunculannya pada tiap tanaman berbeda-beda. "Dengan demikian, setiap tanaman memiliki ritme pembungaan dan ketersediaan pakan yang tidak sama," terang Budiaman.

Saat berkunjung ke peternakan lebah tersebut, tak lupa Budiaman juga memperlihatkan pakaian yang digunakan peternak saat memeriksa atau memanen madu. Pakaian yang mirip baju luar angkasa itu dapat melindungi peternak dari sengatan lebah.

"Lebah sebenarnya tidak berbahaya, dia menyengat hanya ketika diganggu," ungkapnya di sela-sela memakai topi dan pakaian pelindung dari lebah tersebut.

Budiaman mengungkapkan, mengelola peternakan lebah sudah dimulainya sejak menyusun skripsi pada 1989. Lebah yang memiliki banyak manfaat ini telah membuat Budiaman melanglang setiap penjuru di Indonesia, untuk memperkenalkan, membina, dan membentuk organisasi dan perusahaan yang bergerak di bidang budidaya lebah madu. Bahkan, ia pernah diminta membina peternak lebah di Malaysia.(*)

Achmad Ghiffary M (Unhas TV)