Oleh: Khusnul Yaqin*

Istilah Partikel Tuhan pertama kali diperkenalkan dalam buku The God Particle: If the Universe Is the Answer, What Is the Question? (1993) yang ditulis oleh fisikawan Leon Lederman dan Dick Teresi. Buku ini merupakan buku sains populer yang membahas pencarian partikel fundamental dalam fisika, khususnya Higgs Boson.

Penyematan kata "Tuhan" lebih untuk kepentingan pemasaran agar buku ini menarik perhatian pembaca. Sebenarnya, partikel ini dinamai sesuai dengan penemunya, yaitu Peter Higgs.

Kata "Boson" sendiri berasal dari nama fisikawan India, Satyendra Nath Bose, yang berkontribusi dalam teori mekanika kuantum. Bose bekerja sama dengan Albert Einstein dalam mengembangkan teori statistik untuk partikel yang kini dikenal sebagai boson, yang mengikuti statistika Bose-Einstein.

Dalam menemukan partikel ini, Peter Higgs tidak bekerja sendiri. Ia berkolaborasi dengan beberapa fisikawan lain, seperti François Englert (fisikawan Belgia), Robert Brout (fisikawan Belgia), Gerald Guralnik, Carl Hagen, dan Tom Kibble (fisikawan Amerika-Inggris).

Teori tentang partikel ini sudah digagas sejak tahun 1964, namun baru pada tahun 2012 keberadaannya dapat dibuktikan melalui eksperimen di Large Hadron Collider (LHC) di CERN, organisasi riset nuklir Eropa.

Di LHC, proton dipercepat mendekati kecepatan cahaya lalu ditabrakkan satu sama lain dengan energi tinggi. Tumbukan ini menghasilkan berbagai partikel baru, termasuk kemungkinan Higgs Boson. Dengan menganalisis jutaan tabrakan, para ilmuwan menemukan puncak energi sekitar 125 GeV, yang sesuai dengan prediksi tentang Higgs Boson.

Temuan ini melahirkan konsep Mekanisme Higgs, yaitu prinsip dalam Model Standar Fisika Partikel yang menjelaskan bagaimana partikel fundamental mendapatkan massanya. Mekanisme ini bergantung pada medan Higgs, yang memenuhi seluruh alam semesta, dan Higgs Boson, yang mengonfirmasi keberadaan medan tersebut.