***
ERICK Thohir menyampaikan pengumuman untuk memberhentikan Shin. benar kata media Korea, tak ada alasan jelas di situ. Erick sepertinya berharap tinggi agar Indonesia masuk piala dunia, apapun caranya.
Di media sosial, publik menyampaikan isi hati dan kesedihan. Ada yang menampilkan visual saat Shin Tae-yong menangis bersama pemain saat gagal lolos ke Olimpiade. Semua jadi kenangan manis.
Apa daya, Erick lupa semuanya. Dia tak segan-segan untuk mengambil pelatih asing dengan bayaran selangit di atas Shin. Ada nama-nama besar yang sedang dipersiapkannya.
Dia seakan alpa kalau dulu dirinya melobi Shin agar memperpanjang kontrak hingga tahun 2027. Saat menerima tawaran kontrak, Shin memakang pose dirinya bersama bendera merah putih di medsos, yang sontak disambut gegap-gempita.
Sejak Prabowo menaikkan anggaran PSSI menjadi 227 miliar, dari sebelumnya 150 miliar, Erick terus bergerak. Namun, dia lupa kalau mengambil pelatih hebat belum tentu bisa menjadi jawaban bagi ekspektasi untuk timnas.
Seorang pelatih sekaliber Klopp pun belum tentu bisa meracik tim dengan pemain yang tingkat kemampuan passing-nya di bawah rata-rata. Belum tentu punya kesabaran saat menangani tim U-22, yang bahkan mengoper bola ke temannya sendiri, malah jatuh di kaki pemain lawan.
Belum tentu pelatih sekaliber Louis Van Gaal akan sabar meladeni pemain yang saat diberitahu makanan sehat terangguk-angguk, namun setengah jam berikutnya mulai mencari Indomie dan gorengan.
Sepertinya ini perjudian besar Erick Thohir. Dia tak ingin Shin jadi pahlawan. Dia ingin semua sorot mata tertuju pada federasi, dan dirinya yang serupa motivator sering masuk ke ruang ganti pemain lalu berceramah.
Jika sukses tembus Piala Dunia, Erick akan jadi pahlawan. Tapi jika gagal, publik akan meneriakkan yel-yel kerinduan Shin Tae-yong. Nama Erick akan tenggelam, dan tak dilirik di bursa pemimpin nasional. Erick telah membuang hal baik, tidak membiarkan orang lain memanen kerja keras. Dia sama saja pemimpin federasi yang mengejar hal instan, dan lupa pada proses.
Jika gagal lolos, Erick akan jadi the next Ganjar yang dilupakan milenial pencinta bola, hingga akhirnya namanya hilang tersaput angin.
*Penulis adalah blogger, peneliti, dan digital strategist. Lulus di Unhas, UI, dan Ohio University. Kini tinggal di Bogor, Jawa Barat.