Opini

Mahasiswa Pertanian : Intelektual Penggerak Perubahan Bangsa




Mahasiswa pertanian yang kritis akan bertanya: Mengapa sistem pangan kita masih bergantung pada impor? Mengapa regenerasi petani berjalan lambat? Bagaimana membangun sistem pertanian yang adil bagi manusia dan selaras dengan alam? Pertanyaan-pertanyaan ini bukan hanya kritik, tetapi juga bentuk kepemimpinan intelektual.

Mereka memulai perubahan dengan gagasan yang kuat, lalu menggerakkannya melalui aksi yang terencana dan terukur. Inilah yang membedakan mahasiswa biasa dengan pemimpin perubahan: kemampuan mengartikulasikan ide secara jelas dan mewujudkannya menjadi kerja nyata yang berdampak di masyarakat.

Menabur Arah, Menuai Perubahan

Di tengah dinamika zaman yang bergerak cepat dan penuh ketidakpastian, mahasiswa pertanian bukan hanya pemilik gelar akademik. Mereka adalah penjaga keberlanjutan pangan dan lingkungan hidup—barisan terdepan yang tidak tunduk pada krisis, tetapi berdiri tegak untuk bertindak. Mereka bukan sekadar generasi penerus, tetapi penentu arah masa depan bangsa.

Fakultas pertanian tidak boleh hanya menjadi ruang kuliah dan laboratorium. Fakultas harus menjadi wadah pengembangan gagasan kritis, pusat inovasi berbasis ilmu pengetahuan, serta pembentuk kepemimpinan sosial yang berdampak nyata.

Di sinilah mahasiswa pertanian dibentuk menjadi intelektual organik yang berpikir ilmiah sekaligus berjiwa pencipta, pengabdi, dan pelopor bagi terwujudnya pertanian yang adil, mandiri, dan berkelanjutan.

Menjadi sarjana pertanian bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi jalan pengabdian ideologis—panggilan sejarah untuk memperjuangkan kedaulatan pangan, melestarikan bumi, mensejahterakan petani, dan menjaga kelangsungan hidup umat manusia. Di pundak merekalah masa depan pangan Indonesia dipertaruhkan.

Pendidikan yang kita berikan bukan berlangsung dalam ruang hampa. Kita sedang membentuk generasi yang akan menulis ulang sejarah pertanian Indonesia—berlandaskan ilmu pengetahuan yang kokoh, integritas moral yang tinggi, serta keberanian untuk mengambil tindakan nyata. Fakultas pertanian harus bertransformasi menjadi pusat penggerak perubahan sosial, bukan sekadar lembaga pencetak gelar sarjana.


*Penulis adalah Dekan Fakultas Pertanian Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI). Pernah menjadi Ketua Umum BEM Fakultas Pertanian UNHAS (2002-2003) dan Ketua Umum HMI Cabang Makassar Timur (2004-2005)