MAKASSAR, UNHAS.TV- Di sebuah ruangan megah di lantai dua Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, nama Halimah Daeng Sikati terpampang abadi. Aula tersebut, dikenal sebagai Aula Halimah Daeng Sikati, bukan sekadar nama penghormatan, tetapi simbol dedikasi seorang perempuan pejuang pendidikan yang tanpa pamrih berjuang membangun dunia kesehatan gigi di Sulawesi Selatan.
Peletak Fondasi Fakultas Kedokteran Gigi Unhas
Sejarah Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unhas tidak bisa dilepaskan dari sosok Halimah Daeng Sikati. Beliaulah tokoh sentral yang memperjuangkan pendirian fakultas tersebut hingga resmi berdiri pada tahun 1983. Di balik perjalanan panjang ini, tersimpan kisah pengabdian seorang perempuan yang rela menanggalkan kenyamanan karir di tanah Jawa demi membangun kampung halaman.
Lahir di Bulo-bulo, Sinjai, 9 Januari 1928, Halimah tumbuh di lingkungan yang menjunjung tinggi nilai pendidikan. Ayahnya seorang guru, sementara ibunya adalah figur perempuan Bugis Makassar yang kuat dan bijaksana. Semangat belajar Halimah semakin menyala berkat pamannya, Ahmad Siala, pejuang kemerdekaan dan politisi Partai Nasional Indonesia (PNI), yang mengabdi dua periode sebagai anggota DPR/MPR RI,, dan juga salah satu pendiri Fakultas Teknik Unhas. Dari sanalah Halimah menerima motivasi untuk mengabdi melalui pendidikan.
Selepas menyelesaikan pendidikan dokter gigi di Universitas Airlangga (Unair), Halimah melanjutkan studi spesialis di bidang Bedah Mulut di New York University, Amerika Serikat pada tahun 1959-1960. Sekembalinya dari Negeri Paman Sam, ia sempat ditawari menjadi dosen di Surabaya. Namun dorongan keluarga, khususnya sang paman dan Gubernur Sulsel kala itu, Andi Pangerang Pettarani, membulatkan tekadnya untuk kembali ke Makassar untuk membenahi persoalan kesehatan gigi di SulSel.
Perempuan Pelopor Kesehatan Gigi Sulawesi Selatan
Setibanya di tanah air, Halimah memulai pengabdiannya di Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Tak butuh waktu lama, ia dipercaya menjabat Kepala Dinas Kesehatan Gigi Provinsi Sulsel selama dua periode (1960-1972). Ia dikenal gigih mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi di masa ketika layanan kedokteran gigi nyaris tak diperhatikan pemerintah.
Niat mendirikan pendidikan tinggi kedokteran gigi di Makassar sudah ada di kepala Halimah sekembali menempuh pendidikan lanjutan di New York. Tahun 1966, Halimah selanjutnya masuk ke dunia akademik sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Unhas sekaligus menjabat Pembantu Dekan I. Di sinilah benih FKG Unhas mulai ditanam. disediakan oleh pihak angkatan laut.
Namun jalan mendirikan Fakultas Kedokteran Gigi tidak mulus. Proposal demi proposal yang ia kirim ke pusat ditolak dengan alasan biaya. Halimah tak menyerah. Bahkan sempat mengeluarkan pernyataan keras, “Kalau pusat tidak bisa bangun FKG, saya sendiri yang akan bangun.”
Pernyataan itu tak berhenti sebagai retorika. Dengan jaringan yang kuat, termasuk relasi diplomatik dengan TNI Angkatan Laut, berkat bantuan dari dan jalinan persahabatannya dengan Laksamana Mursalin Dg. Mamangung yang adalah Menteri Tenaga Kerja di era presiden pertama RI saat itu Halimah berhasil mendirikan Institut Kedokteran Gigi Yos Sudarso pada tahun 1969. Dalam tempo singkat, institut tersebut berubah menjadi Departemen Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Unhas, dan kemudian resmi menjadi fakultas mandiri pada 1983, sekaligus Halimah diangkat sebagai dekan pertama FKG tersebut
Diplomasi Sampai ke Belanda, Pejuang Mandiri Membangun Fasilitas Kesehatan
Tak hanya piawai mengembangkan institusi, Halimah juga dikenal sebagai diplomat ulung. Ia dikenal fasih berbahasa Belanda, kemampuan yang membantunya mendapatkan dukungan pengadaan peralatan kedokteran dari Kerajaan Belanda. Pernyataan bantuan tersebut langsung dari mulut Ratu Beatrix kepada Halimah saat ratu dan suaminya transit di Bandara Sultan Hasanuddin hendak menuju ke Selayar. Sebelum FKG Unhas memiliki fasilitas sendiri, ia bahkan berjuang menggunakan dana pribadi untuk mendirikan Rumah Sakit Gigi di kawasan Karebosi Makassar—meskipun kini lokasi tersebut telah berubah fungsi menjadi hotel, dan terbang ke Belanda untuk mengurus bantuan peralatan kedokteran gigi yang akan diberikan kepada Unhas.
Jabatan terakhirnya di Unhas adalah Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri, sekaligus menjadi pengurus Yayasan Pendidikan Nasional Makassar.