
Ilustrasi neuron dan otak manusia, menampilkan bagaimana sel-sel saraf (neuron) saling terhubung dan mengirimkan sinyal listrik serta kimiawi dalam sistem saraf. Credit: Justdial
Model Jaringan Saraf: Merekonstruksi Cara Kerja Otak
Untuk memahami lebih dalam temuan ini, para peneliti mengembangkan model jaringan saraf tiruan dari korteks pendengaran dan melatihnya untuk mengenali rangsangan baru. Hasilnya menunjukkan bahwa jaringan neuron menggunakan refleksi aktivitas saraf untuk menyimpan model lingkungan dan mendeteksi perubahan di sekitarnya.
Penelitian ini juga menemukan bahwa pola koneksi antara neuron di korteks yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran kecil menjadikan kemampuan mengenali kebaruan sebagai fitur bawaan dan otomatis dari jaringan saraf.
Menurut Profesor Yuste, "Ini adalah langkah penting dalam memahami bagaimana otak mengenali kebaruan. Model yang dikembangkan oleh Shimkyu juga didasarkan pada teori John J. Hopfield, pemenang Nobel 2024, yang mengembangkan model jaringan saraf dan menjadi pionir dalam kecerdasan buatan."
Implikasi dalam Studi Skizofrenia
Studi ini juga memberikan wawasan baru tentang peran korteks otak dalam gangguan seperti skizofrenia. Selama bertahun-tahun, para dokter telah mengetahui bahwa penderita skizofrenia mengalami kesulitan dalam membedakan informasi baru dari informasi lama. Sebelumnya, para ilmuwan berfokus pada perilaku individu neuron untuk menjelaskan fenomena ini, tetapi hasilnya kurang memuaskan.
Penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa pengenalan kebaruan bukan hanya tugas neuron individu, melainkan tanggung jawab jaringan saraf secara keseluruhan.
"Kami sangat antusias dengan temuan ini karena dapat memperdalam pemahaman kita tentang fungsi penting dari korteks otak. Selain itu, studi ini juga memberikan wawasan tentang bagaimana fungsi korteks dapat terganggu dan bagaimana cara memperbaikinya," pungkas Yuste.
Dengan semakin majunya penelitian dalam bidang ilmu saraf dan kecerdasan buatan, studi ini menjadi langkah besar dalam memahami bagaimana otak manusia bekerja sebagai mesin prediksi, bukan hanya dalam konteks normal, tetapi juga dalam kaitannya dengan gangguan neurologis yang kompleks.(*)