
Garis Nazca: Jejak Misterius Peradaban Kuno Peru yang Membentang Diam di Gurun Selama Lebih dari Dua Milenium. Credit: Nazca Lines
Dunia yang Terbuka untuk Ditemukan
Dr. Alexandra Karamitrou, pakar AI-Arkeologi dari University of Southampton, turut memberikan pandangannya dalam simposium AI and Heritage Futures yang digelar di London, Maret 2025. Ia menekankan bahwa AI kini dapat menganalisis keterkaitan spasial antara situs kuno dan elemen lingkungan seperti elevasi, aliran air bawah tanah, bahkan arah angin musiman—kemampuan yang sulit dicapai oleh pendekatan konvensional.
Sementara itu, teknologi serupa juga telah digunakan dalam proyek arkeologi di Uni Emirat Arab untuk mengeksplorasi situs kuno Saruq Al-Hadid, pusat peleburan logam berusia 3.000 tahun, yang menurut laporan The Guardian (19 Maret 2024) kini dipetakan kembali melalui pendekatan kombinasi AI dan arkeologi klasik.
Potensi dan Batasan
Namun, sebagaimana diakui oleh tim Sakai, AI bukan solusi sempurna. “Setiap prediksi yang dihasilkan tetap harus divalidasi secara manual,” ujar Sakai. “Dalam banyak kasus, AI menghasilkan puluhan kandidat pola yang memerlukan verifikasi satu per satu oleh arkeolog.” Meski demikian, pendekatan ini tetap jauh lebih cepat dan efisien dibandingkan metode tradisional.
Dengan akurasi yang terus meningkat, dan biaya eksplorasi yang dapat ditekan secara signifikan, AI telah membuka horizon baru dalam cara manusia memahami peradaban masa lalu. Dari gurun Peru hingga kota purba yang tertimbun pasir, revolusi arkeologi kini berlangsung dalam kecepatan algoritma—dan sedalam sejarah itu sendiri.(*)