Di Sulsel sendiri, jaringan Faja Group ini sudah menyebar. Selain Fajar, Ujungpandang Ekspres, Intim Golo dan Berita Kota Makassar di Makassar, di beberapa daerah terbit koran baru. Misalnya, Ajattappareng, Pare Pos, Palopo Pos, Radar Sulbar, Radar Bone, Radar Bulukumba, Fajar Pendidikan, Fajar TV, Fajar FM, dan Negarawan yang terbit di Jakarta.
Alwi juga jeli melirik perkembangan dunia kerja. Guna mendukung media-media yang baru dibangunnya, dia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Fajar.
Lembaga pendidikan ini, tidak hanya berkiprah di media di bawah Fajar Group, tetapi juga di media-media elektronik jaringan ibu kota. Stikom kini menjadi Universitas Fajar (Unifa) dan menempati kampus di bekas gedung Fajar Jl Racing Centre.
Masih ada tiga lembaga pendidikan lain yang didirikan Alwi, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Nitro, Akademi Pariwisata, dan Akuntansi. Keempat lembaga pendidikan itu, kini bernaung di bawah Unifa yang pernah dipimpin rektor Prof Dr H Halide dan Prof Drs Sadly AD MPA.
Orang selalu mengaitkan sosok ini dengan kualitas wartawan. Betapa tidak, jika ada 10 orang wartawan terbaik, setidak-tidaknya ada sembilan bekas polesan tangan Alwi.
Jurnalis andal tidak hanya sekarang baru dilahirkan, tetapi sejak dulu. Masih ingat dengan nama Syahrir Maula, Andi Syahrir Makkuradde, Thamrin Ely (dari Maluku), Syamsu Nur, Ronald Ngantung (Wapemred Tribun), dan Abdullah Hehamahua (mantan Penasihat KPK).
Mereka ini merupakan lepasan almamater Pendidikan Pers yang dilaksanakan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) yang diketuai Alwi (1967- 1971).
Pada dekade 1980-an, muncul nama Aidir Amin Daud, Syukriansyah S.Latief, Waspada Santing, Mappiar, Suwardi Tahir, dan beberapa nama lainnya.
Dalam organisasi kemasyarakatan, Alwi Hamu tercatat sebagai Ketua Umum Bahumas Kosgoro Sulsel (1981-1989), Direktur Confederation ASEAN Journalists (CAJ) yang berkedudukan di Bangkok, Wakil Ketua Umum Kadin Sulsel (1994/1996) dan Ketua Umum PWI Sulsel (1993-1997).
Di samping posisi itu, beliau juga pernah menjadi anggota Dewan Penasihat KNPI Sulsel 1981 sampai 1985, Badan Pekerja Kongres (BPK) PWI Pusat Sulsel (1985 s.d. 1988). Alwi Hamu menjadi anggota biasa PWI sejak tahun 1970.
Kesibukannya sebagai jajaran manajemen Jawa Post Group kini kian diperberat lagi dengan posisinya sebagai Staf Ahli Wakil Presiden RI.
Dia termasuk salah seorang pendidik Jawa Pos News Network (JPNN) selain sebagai Direktur Utama Fajar Group. Posisi itu diraihnya, karena pada tahun 2003/2004, dia termasuk salah seorang anggota tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung kala itu, SBY-JK. Sayang, pasangan ini terhenti setelah lima tahun bersama.
Saya terakhir bertemu Pak Alwi setelah sakit pada tanggal 15 Maret 2019 pada salah satu hotel di Jakarta. Saya dan Dr Tammasse MHum, hadir di hotel itu karena memenuhi undangan panitia peluncuran buku Tanri Abeng berjudul "Pelajaran Bagi Bangsa".
Pak JK juga hadir, Pak Alwi pun ada. Saya sempat mewawancarainya. Pak Alwi selalu saja memiliki cerita yang menarik kalau bertemu saya.
Mungkin maklum saya termasuk "tentara yang selalu membawa senjata" (baca:jurnalis yang siaga satu).
Saat mulai bercerita, saya mencabut alat perekam yang selalu tersembunyi di kantong celana kiri.
Ya, seperti yang pembaca lihat dalam foto yang sangat fenomenal ini. Selamat jalan, Raja Media dari Timur itu telah tiada. Semoga amal ibadah diterima di sisi-Nya. Aamiin.(*).