Unhas Figure
Unhas Sehat

Ardiansyah S Pawinru dan Keseimbangan Dokter-Aktivis

Di ruang praktiknya yang steril dan teratur, drg. Ardiansyah S Pawinru, Sp.Ort(K), kerap menunduk serius di depan pasien: memasang kawat behel, memperhatikan struktur gigi, dan mengarahkan senyum dengan presisi seorang ahli. 

Tapi di luar klinik, ia punya wajah lain—wajah seorang aktivis. Di ruang sidang organisasi, di forum-forum pemuda, bahkan di barisan demonstrasi menuntut revisi Undang-Undang Kesehatan, Ardi hadir dengan suara yang sama teguhnya.

Baginya, profesi dokter bukan alasan untuk berhenti memperjuangkan sesuatu yang lebih besar. “Saya percaya berbuat untuk masyarakat jauh lebih bermakna dibanding hanya untuk diri sendiri,” ujarnya dalam wawancara eksklusif di program Unhas Figur.


Pernyataan itu bukan retorika kosong. Di tengah kesibukan sebagai spesialis ortodonti dan dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Unhas, Ardi tetap aktif turun ke masyarakat, terlibat dalam forum-forum kebijakan, dan menjalin jejaring advokasi lintas profesi. Ia menyebut pilihannya sebagai bentuk tanggung jawab moral, bukan sekadar aktualisasi diri.

“Kalau mau aman, saya bisa saja hanya praktik di klinik, hidup tenang, cukup secara ekonomi,” katanya. “Tapi saya merasa ada panggilan untuk ikut membentuk ekosistem yang lebih sehat, lebih adil.” 

Kalimat itu ia ucapkan tanpa pretensi, hanya dengan nada tenang seorang dokter yang tahu betapa panjang perjuangan memperbaiki sistem kesehatan.

Ia menilai profesi kedokteran seharusnya tak hanya berhenti di meja praktik, melainkan menjangkau ruang-ruang tempat kebijakan diputuskan. Ardi melihat banyak ketimpangan lahir bukan karena kurangnya tenaga medis, tapi karena abainya suara para dokter dalam menyusun arah kebijakan.

“Kalau kita diam, kita menyerahkan sistem kesehatan ke tangan birokrasi yang belum tentu memahami medan kita,” ujarnya.

Karena itu, bagi Ardi, menjadi dokter justru memperkuat alasan untuk terlibat dalam perubahan sosial. Ia ingin profesi ini tidak hanya dikenal karena keahlian teknis, tetapi juga karena keberpihakan pada publik.

“Kita bisa menyembuhkan satu pasien di klinik,” katanya, “tapi lewat kebijakan yang tepat, kita bisa menyelamatkan ribuan.”

Antara Klinik dan Forum

Sebagai Ketua Program Studi PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Unhas dan Wakil Ketua Umum PB PDGI, Ardi hidup dalam dua ritme: dunia medis yang menuntut presisi, dan dunia aktivisme yang menuntut keberanian.

Pagi saya mengajar di kampus, siang menangani pasien di klinik, malam kadang rapat organisasi. Itu ritme yang saya pilih sendiri,” ucapnya ringan, nyaris tanpa keluhan.

Kecintaan Ardi pada aktivisme tumbuh saat kuliah—bukan karena ambisi politik, tapi karena dorongan untuk merasakan denyut hidup kampus lebih dalam. 


>> Baca Selanjutnya